HALOPADANG.ID — Kementerian Pertanian (Kementan) resmi meluncurkan inovasi antivirus berbasis eucalyptus. Antivirus yang dipercaya mampu menangkal Corona, dan bahkan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementan ini telah mendapatkan hak paten.
Produk antivirus tersebut akan diproduksi dalam berbagai bentuk seperti inhaler, roll on, salep, balsem, diffuser, dan juga kalung. Dalam proses produksinya, Kementan menggandeng PT Eagle Indo Pharma untuk pengembangan dan produksi.
“Produksi untuk inhaler dan roll on akan siap akhir bulan Juli, sementara kalung pada bulan Agustus. Produk ini belum melalui uji klinis, karena Uji klinis harus dilakukan oleh tim dokter, di mana untuk kasus uji klinis harus diketuai oleh dokter spesialis paru,” ucap Kepala Badan Litbang Pertanian, Fadjry Djufry dalam Konferensi Pers Pemanfaatan eucalyptus, Senin (6/7).
Dia menegaskan bahwa Balitbangtan tidak punya wewenang dan kompetensi melakukan uji klinis. Namun saat ini tawaran untuk uji klinis sudah datang dari UNHAS dan UI.
Sementara untuk tahapan mendapat izin edar, dia mengatakan tentunya bergantung pada jenis produk dan klaim yang akan didaftarkan. Sebab, produk eucalyptus sudah dilisensi oleh PT Eagle Indopharma maka mereka yang mendaftarkan. Intinya semua klaim yang diajukan harus didukung data hasil pengujian.
kata Fadjry menegaskan, Eucalyptus sudah turun-temurun digunakan sebagai pengobatan alternatif untuk gangguan saluran pernapasan, karena punya kemampuan sebagai pelega saluran pernapasan, pengencer dahak, pereda nyeri, pencegah mual, anti inflamasi dan efek menenangkan.
Pihaknya pun telah melakukan uji coba, kepada 16 pasien positif. Pihaknya hanya merecord testimoni mereka, tetapi tidak melakukan pengujian terhadap kondisi kesehatannya. Testimoni di antaranya, yakni melegakan pernapasan, menghilangkan pusing, mual dan nyeri lainnya, perasaan lebih nyaman dan tenang.
Adapun perbedaan eucalyptus buatan Kementan dengan produk yang sudah beredar di pasaran, menurut Fadjry, yang dihasilkan Balitbangtan dengan yang ada di pasaran adalah, formula yang dihasilkan balitbangtan terdiri dari kombinasi beberapa minyak bahan aktif tidak hanya eucalyptus saja. Namun secara proporsional, eucalyptus memang yang paling dominan.
“Karena bahan baku yang digunakan sudah terstandar, maka produk dan kandungan bahan aktifnya juga akan terstandar. Berbeda bila kita menggunakan kayu putih yang banyak beredar di pasaran,” ujarnya.
Demikian kandungan bahan aktif 1,8-Cineole sangat beragam, dari konsentrasi yang tinggi, sedang dan rendah. Sehingga bila akan digunakan, konsentrasi bahan aktif harus diukur dulu agar mampu menetralisir virus yang ada di rongga hidung.