HALOPADANG.ID — Sebuah laporan mengklaim, puluhan ribu aplikasi Android berisiko membahayakan pengguna ponsel terhadap penipuan dan serangan cyber tingkat tinggi.
Adalah firma keamanan perangkat mobile Upstream yang menyampaikan laporan ini. Upstream mengidentifikasi ada lebih dari 29 ribu aplikasi berbahaya Android yang berstatus aktif selama kuartal pertama 2020.
Seperti dikutip dari TechRadar, angka ini melonjak dua kali lipat di kuartal yang sama di tahun lalu yang mencatat ada lebih dari 14.500 aplikasi berbahaya.
Investigasi ini juga memperlihatkan bahwa hampir semua (90%) dari 10 aplikasi berbahaya pernah atau masih bertengger di Google Play Store. Menurut Upstream, hal ini diduga karena hacker secara konsisten selalu menemukan cara untuk menyusup ke toko aplikasi resmi Android tersebut.
Sejalan dengan tren ini, di periode yang sama, terlihat pula adanya peningkatan transaksi penipuan di platform Android, serta lonjakan jumlah perangkat yang terinfeksi malware sebesar 55%.
Peningkatan jumlah aplikasi Android berbahaya secara dramatis juga merupakan efek tidak langsung dari situasi pandemi COVID-19, terutama karena adanya perubahan cara pengguna mengonsumsi konten dan menggunakan platform mobile secara signifikan.
Menurut Geoffrey Cleaves yang memimpin riset Upstream ini, peningkatan jumlah aplikasi berbahaya berkorelasi langsung dengan situasi lockdown selama masa penyebaran virus Corona.
“Dengan sebagian besar orang di berbagai negara bergeser aktivitasnya menjadi di rumah saja, pelaku kejahatan bergerak untuk mendapatkan keuntungan dari situasidi masa lockdown,” jelasnya.
“Kami melihat adanya peningkatan tajam aktivitas kejahatan yang menerbitkan aplikasi untuk mengisi ‘waktu luang’ di Google Play Store. Aplikasi ini mengelabui pengguna agar berlangganan layanan premium,” tambahnya.
Upstream mengklaim, enam dari sepuluh aplikasi paling berbahaya di kuartal tersebut berada di kategori ‘leisure’ atau waktu senggang. Kategori ini cukup luas cakupannya, termasuk video dan audio, media berita, game, dan aplikasi sosial.
Para pelaku kejahatan tampaknya benar-benar memanfaatkan kesempatan di situasi ini dengan merayu pengguna memakai aplikasi yang bisa menghabiskan waktu dan terhubung dengan keluarga serta teman-teman mereka.
Salah satu contoh aplikasi Android yang berisiko dan merupakan yang terkuat di kuartal ini adalah Snaptube. Aplikasi ini memungkinkan pengguna mengunduh konten video ke perangkat mereka dan telah diinstal lebih dari 40 juta kali di seluruh dunia.
Upstream sebenarnya telah menerbitkan laporan tentang ancaman yang ditimbulkan oleh Snaptube pada Oktober 2019. Namun, aplikasi ini masih tersedia di sejumlah toko aplikasi Android pihak ketiga hingga hari ini.
Meskipun sejumlah aplikasi berbahaya bersarang di Google Play Store, pengguna Android tetap disarankan untuk tidak mendownload aplikasi lewat toko aplikasi pihak ketiga yang tingkat pengawasan keamanannya kemungkinan jauh lebih rendah.(002)