Mati Surinya Seni Rupa Pessel di Tengah Pandemi

seni rupa
Rizal MS saat menerima kunjungan pelaku seni beberapa waktu lalu di Sanggar Anak Nagari Seni Rupa, di Kampung Tanjung Gadang, Sungailiku, Kecamatan Ranah Pesisir, Kabupaten Pesisir Selatan.

HALOPADANG.ID–Di tengah pandemi Covid-19 yang melanda tanah air sejak beberapa bulan terakhir, berimbas buruk terhadap sejumlah sektor kehidupan termasuk pelaku seni. Hal tersebut turut dirasakan oleh seniman daerah Rizal MS (57), asal Koto VIII Pelangai, Kecamatan Ranah Pesisir, Kabupaten Pesisir Selatan.

Menurutnya, Sanggar Seni Rupa yang dikelolanya sejak beberapa bulan lalu, ibarat mati suri dikarenakan berbagai kegiatan tak dapat terlaksana dengan baik. Meski diakuinya, sejumlah pekerja seni luar daerah tetap berkarya sebagaimana mestinya.

“Namun hal itu sangat ditentukan pula dengan kemampuan finansial yang bersangkutan,” ujarnya, Minggu (21/6).

Kendati demikian, Sanggar Seni Rupa miliknya yang beralamat di Kampung Tanjung Gadang, Sungailiku, Kecamatan Ranah Pesisir, selalu siap menerima kunjungan 1×24 jam.

“Baru-baru ini, sanggar ini masih dikunjungi sejumlah seniman Seni Rupa. Mereka teman waktu di Jakarta dulu,” ucapnya.

Ia menyebutkan, sejak virus Corona merebak dan dikeluarkannya aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) oleh pemerintah setempat, Sanggar Nagari miliknya tak bisa lagi melayani kegiatan menggambar gratis untuk anak-anak PAUD, SD, SMP, dan SLTA.

“Biasanya di luar jam sekolah, hari Sabtu dan Minggu mereka belajar melukis kesini. Namun, kini semua kegiatan terhenti. Sebab, kita mesti mematuhi protokol kesehatan Covid-19,” tuturnya.

Sejak memasuki tatanan baru kenormalan baru ia mengaku, banyak sejumlah pelajar mendesaknya untuk tetap melaksanakan belajar melukis seperti biasa. Namun, hal itu belum bisa dilaksanakan mengingat kondisi yang tidak memungkinkan.

“Sebenarnya itu kewajiban saya memberi pelajaran melukis untuk anak-anak di kampung ini. Sebab, pola demikian sebagai penyeimbang otak kiri dan otak kanan bagi mereka,” ujarnya lagi.

Lebih jauh dikatakannya, berkat kegigihannya mendirikan Sanggar Nagari Seni Rupa tersebut, beberapa bulan berselang pihak Kemendikbud RI memberikan bantuan sejumlah peralatan melukis untuk anak-anak.

“Ya, setelah 2 tahun berdiri, akhirnya pemerintah pusat melirik Sanggar Seni Rupa ini. Itu berkat bantuan sejumlah teman dan relasi di Jakarta,” tuturnya.

Sementara itu, Kamal Guci (60), yang merupakan rekan seperjuangan Rizal MS sewaktu di Jakarta mengatakan, sudah sepatutnya pemerintah daerah, Pemprov, maupun pusat, melirik pelaku seni dengan menyediakan wadah dimanapun mereka berada.

Saat pertama kali berkunjung ke Sanggar Nagari Seni Rupa, ia merasa kaget dikarenakan arsitistik yang memiliki nilai budaya itu tidak diimbangi dengan infrastruktur yang memadai.

Bahkan, jalan menuju lokasi yang berjarak sekitar 5 kilometer dari jalan utama lintas Sumatera Padang-Bengkulu itu, sangat jelek dan sulit dilalui kendaraan roda empat dan roda dua, terlebih jika hujan datang.

“Setidaknya, hal ini sebagai bentuk apresiasi kepada sejumlah seniman yang ada di tanah air. Sebab, sudah mengangkat nilai budaya daerah. Kami berharap kedepannya pemerintah setempat turut mendukung dan menyediakan tempat yang layak untuk mereka berkreasi. Sehingga sektor pariwisata tetap di lirik wisatawan,” ucapnya.

Di tempat yang sama, pengamat dan kurator Seni Rupa, Muharyadi didampingi Yasrul Sami B, menuturkan, kehadiran Sangar Nagari di Kampung Tanjung Gadang, Sungailiku, Kecamatan Ranah Pesisir, Kabupaten Pesisir Selatan, bukan hanya sekadar wadah pembelajaran bagi anak-anak setempat. Namun, lebih dari itu adalah agar generasi muda lebih memahami makna budaya di luar pendidikan formal.

“Selain penyimbang otak kiri dan otak kanan, generasi penerus memiliki tanggung jawab yang besar terhadap nilai seni. Selain itu, juga sangat berpengaruh terhadap sektor budaya dan pariwisata daerah,” ujarnya.

Ia berharap kehadiran Sanggar Seni Rupa, juga mampu menyatukan berbagai komunitas di berbagai daerah, sehingga dapat membantu terhindari dari hal-hal yang bersifat negatif.

“Semoga pemerintah setempat segera mencarikan solusinya. Jika tidak, pelaku seni sebagai aset daerah sulit untuk berkembang. Apalagi sekarang sudah banyak yang merintis karir di kampung halaman,” katanya penuh harap. (G-01)