New Normal di Korsel, Lonjakan Kasus Baru Bikin Kewalahan

Proses belajar mengajar dengan protokol kesehatan sangat ketat di Korea Selatan (Foto Reuters)

HALOPADANG.ID — Baru beberapa pekan lalu Korea Selatan merayakan kesuksesan mereka melawan virus corona penyebab pandemi Covid-19 dengan melonggarkan jaga jarak sosial, membuka kembali sekolah dan menggaungkan kampanye anti-virus yang disebut Presiden Moon Jae-in sebagai “Karantina-K”.

Namun kemunculan kasus penularan baru di kawasan Seoul yang dihuni sekitar 51 juta orang kini mengancam cerita sukses Korsel dan otoritas kesehatan memperingatkan tindakan harus segera diambil untuk mencegah gelombang kedua pandemi Covid-19 di tengah kenormalan baru.

Dilansir dari laman AP, Kamis (12/6), Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korsel (KCDC) kemarin melaporkan ada 45 kasus baru Covid-19, peningkatan dari angka sebelumnya sejak akhir Mei. Kasus baru ini sebagian besar terjadi di kawasan metropolitan Seoul yang selama ini pelacakan penularannya tidak mudah.

“Karena cepatnya penularan Covid-19, kita hanya punya waktu singkat untuk segera melakukan penelusuran kontak untuk memperlambat penyebaran,” kata Yoon Taeho, pejabat senior di Kementerian Kesehatan dalam jumpa pers kemarin. Taeho meminta warga yang tinggal di kawasan metropolitan Seoul untuk tetap berada di rumah.

Meski ada peningkatan kasus baru, pemerintah sejauh ini menolak menerapkan aturan ketat lockdown setelah mereka mulai melonggarkannya pada April lalu. Pemerintah beralasan kalau kembali diperketat maka ekonomi akan makin sulit.

Keputusan pemerintah ini bertentangan dengan para ahli kesehatan, termasuk Direktur KCDC Jung Eun-kyeong yang sudah memperingatkan, krisis Covid-19 yang lebih besar bisa terjadi di kawasan yang paling padat di Korsel.

Dia mengatakan petugas kesehatan kini berjuang lebih keras untuk menelusuri kontak penularan yang menyebar sangat cepat dan sulit diduga karena sekarang orang mulai melakukan aktivitas di luar dan melonggarkan jaga jarak sosial.

Senada dengan Jung, Direktur Institut Kesehatan Nasional Kwon Jun-wook, dalam jumpa pers terpisah kemarin mengakui otoritas kesehatan kini hanya menelusuri penularan setelah terlambat melacaknya.

Korsel mengalami lonjakan penularan Covid-19 pada Februari dan Maret ketika ratusan kasus dilaporkan setiap hari tapi relatif lebih mudah ditelusuri riwayat penularannya karena mayoritas kasus terkonsentrasi di wilayah Daegu, kota terbesar keempat di Korsel yang berpenduduk 2,5 juta.

Tapi kini muncul klaster-klaster baru di mana-mana di sekitar wilayah ibu kota.

Lonjakan Kasus Baru

Sedikitnya 146 kasus baru terkait dengan para pekerja di sebuah gudang perusahaan e-commerce Coupang yang dituding tidak melaksanakan tindakan pencegahan dan membiarkan pegawai yang sakit tetap masuk kerja.

Sekitar 200 kasus terkait dengan tempat-tempat hiburan dan klub malam, lebih dari 90 kasus terlacak dari gereja di dekat Seoul.

Sedikitnya 116 kasus terkait penjualan dari pintu ke pintu Richway, produsen produk kesehatan. Kasus ini cukup mengkhawatirkan karena penjual produk itu rata-rata berusia 60-70 tahun.

Kasus positif di Korsel kini mencapai 11.947 dengan 276 kematian. Sebagian besar pasien sudah sembuh tapi angka kasus aktif meningkat di atas 1.000 pekan ini padahal sebelumnya sudah turun di pertengahan Mei.

Otoritas kesehatan dan para pejabat pekan lalu menggelar simulasi untuk menguji kapasitas rumah sakit di Seoul dan beberapa kota di sekitarnya buat memastikan pemindahan pasien berjalan lancar sehingga lonjakan kasus tidak membuat sistem rumah sakit kelebihan beban.

“Setidaknya kita harus berupaya setara dengan yang sudah kita lakukan selama ini atau bahkan lebih, untuk mengatasi lonjakan kasus,” kata Kwon.

Terjadinya lonjakan kasus di kawasan ibu kota memicu pendapat yang menyebut pemerintah terlalu terburu-buru melonggarkan lockdown.(002/Merdeka)