Isolasi Mandiri di Rumah Berjalan Maksimal di Sumbar

isolasi
Ilustrasi karantina

HALOPADANG.ID–Isolasi mandiri sebagai salah satu opsi penanganan pasien Covid-19 dinilai belum efektif untuk menekan penyebaran wabah virus corona. Alih-alih, isolasi mandiri justru memperbesar peluang penyebaran kasus melalui transmisi local.

Wakil Gubernur Sumbar, Nasrul Abit, mengakui bahwa isolasi mandiri di Sumbar sejauh ini belum berjalan dengan semestinya. Selain karena kurangnya pengawasan, ketidakdisiplinan masyarakat juga dianggap sebagai penyebab utama tidak efektifnya isolasi mandiri di Sumbar.

Isolasi mandiri, ucapnya, sesuai protap yang berlaku, adalah jenis penanganan pasien Covid-19 dengan kategori ringan dan sedang. Sementara untuk perawatan di rumah sakit diprioritaskan bagi pasien kategori berat.

“Saat ini, pasien positif kategori berat berjumlah sekitar 88 orang. Sedangkan total pasien yang dirawat di rumah sakit ada sekitar 128 orang. Nah artinya, ada sekitar 40 pasien kategori sedang dan ringan yang juga dirawat di rumah sakit,” katanya.

Ia menyebut, pengawasan terhadap pasien Covid-19 yang melakukan isolasi mandiri memang tidak terlalu ketat. Hal ini lantaran isolasi mandiri pada dasarnya menitikberatkan pada kesadaran diri masing-masing indivdu..

“Namun nyatanya, ksadaran masyarakat kami masih sangat rendah. Banyak juga masyarakat yang masih membandel dan tidak disiplin. Diminta isolasi mandiri, malah keluyuran ke mana-mana,” kata mantan Bupati Pesisir Selatan itu.

Untuk itu, ia telah menjajaki dan meminta bupati dan wali kota di Sumbar untuk memastikan masyarakatnya disiplin menjalankan isolasi mandiri. Apabila tidak disiplin, maka pasien bersangkutan sebaiknya dibawa untuk dikarantina di pusat-pusat karantina yang telah disediakan.

Di samping itu, ia juga berencana mengusulkan agar seluruh pasien positif Covid-19 yang menjalani isolasi mandiri untuk dikarantina di pusat karantinna. Ia menyebut ketersedian pusat karantina saat ini cukup untuk memampung hingga 400 pasien.

“Total kamar yang ada di pusat karantina ada sekitar 400 kamar, dan yang terisi saat ini belum sampai 10 persennya. Di BPSDM Sumbar misalnya, ada sekitar 165 kamar. Tapi yang terisi baru sekitar 39 orang. Jadi, mencukupilah untuk menampung pasien isolasi mandiri jika diperlukan,” katanya.

Di pusat karantina, ia menjamin bahwa pasien akan bisa diawasi dengan lebih ketat. Pasalnya, di pusat karantina, seluruh kebutuhan telah disiapkan. Mulai dari tenaga kesehatan, makanan, hingga obat-obatan.

“Yang jadinya permasalahannya sekarang adalah banyak masyarakat yang tidak mau dikarantina. Jadi, kembali lagi, jika kita memang bertekad untuk menekan penyebaran Covid-19 di Sumbar, sebaiknya seluruh pasien positif Covid-19 dikarantina saja. Akhirnya, mau tak mau kita harus tegas. Kalau lembek terus, kapan selesainya wabah ini. Kalau Cuma sekadar imbauan, sudah tiga bulan kita mengeluarkan imbauan terus. Nyatanya, masih banyak juga yang membandel,” kata Nasrul. (Q-03)