Korban Bertambah di Indonesia, Satu Pasien Meninggal di RS Moewardi Solo Positif Corona

PADANG,HaloPadang- Seorang pasien yang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RDUD) Dr Moewardi, Solo, Jawa Tengah, yang meninggal dunia, pada Rabu (11/3), positif Virus Corona. “Positif (Covid-19),” kata Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Virus Corona, Achmad Yurianto, seperti dilansir detik.com, Jumat (13/3/2020).

Sebelumnya, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah menyatakan seorang pasien dalam pengawasan (PDP) masuk ke ruang isolasi di RSUD dr. Moewardi, Solo, pada Minggu (8/3). Pasien itu menunjukkan gejala awal Covid-19. Dia kemudian dinyatakan meninggal dunia pada Rabu (11/3).

“Kemarin ada pasien dengan pengawasan yang meninggal dunia, dan sempat dirawat di RSUD dr. Moewardi Surakarta, namun sampai sejauh ini, penyebab kematiannya adalah disebabkan karena gagal nafas karena pneumonia,” kata Kepala Dinkes Jateng Yulianto Prabowo, di Semarang, Kamis (12/3) malam, dikutip dari Antara. Dengan kematian tersebut, total ada dua pasien meninggal di Jateng. Pertama, di RSUP dr. Kariadi Semarang, dan sekarang di RSUD dr. Moewardi Solo,” imbuhnya.

Meski begitu, Yulianti belum bisa memastikan status Virus Corona pada pasien itu. Ia mengaku masih menunggu hasil uji laboratorium dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

“Kami menunggu hasil lab dari Litbangkes Kemenkes yang sudah dikirim Selasa (10/3). Apabila positif (Covid-19) akan dilakukan ‘tracking’ tentang riwayat kontak dari pasien itu,” katanya.

Dokter Spesialis Paru RSUD dr. Moewardi, Harsini, menambahkan bahwa kondisi pasien tersebut sudah cukup akut ketika masuk ke rumah sakit. Sebab, pasien itu memiliki penyakit yang menyertai, yaitu diabetes yang tidak terkontrol.
Kondisi terakhir pasien, katanya, adalah pneumonia berat berupa gagal nafas yang menyebabkan kedua paru-paru pasien tidak bisa berfungsi dengan baik.

“Jadi, kalau untuk dua pasien dalam pengawasan kami itu, tidak ada riwayat ke luar negerinya. Hanya dia habis pulang dari sebuah acara seminar di Bogor pada 25-28 Februari 2020 dan 29 Februari 2020 mulai mengalami gejala pilek dan batuk,” jelas dia.

Menurut dia, perlu dilakukan pelacakan kontak pasien. Jika diketahui, hal itu akan membuka jalan bagi penyelidikan epidemiologi selanjutnya.

Terkait dengan hal itu, pihaknya juga sudah meminta jajaran Dinas Kesehatan tingkat kabupaten/kota dan seluruh fasilitas kesehatan untuk bisa melakukan penyelidikan.(CNNIndonesia)