Petani Bayang, Kembangkan Kopi Arabica Andung Sari di Pessel

Kopi Arabica Andung Sari di Pessel
Kopi Arabica Andung Sari di Pessel

PAINAN, HALOPADANG – Kopi adalah minuman hasil seduhan biji kopi yang telah disangrai dan dihaluskan menjadi bubuk. Kopi merupakan salah satu komoditas di dunia yang dibudidayakan lebih dari 50 negara. Dua varietas pohon kopi yang dikenal secara umum yaitu Kopi Robusta dan Kopi Arabika.

Baru-baru ini di Kabupaten Pesisir Selatan, tepatnya di Kenagarian Kapencong Lubuk Gambir, Kecamatan Bayang, telah di kembangkan bibit Kopi Arabika Andung Sari yang berasal dari PT. Agrotopik Nusantara. Agar tetap tumbuh dan berkembang, Kopi tersebut ditempatkan pada lahan bersuhu dingin sekitar 18 derajat celcius, seperti daerah Kayu Aro Kerinci misalnya.

Yusparman, selaku pengelola Kopi Arabika Andung Sari menyebutkan, untuk mendapatkan bibit Kopi terbaik bukanlah perkara yang sangat mudah. Bahkan, ia mengaku pernah di tolak sejumlah perusahaan karena tidak yakin bahwa Kopi tersebut bakal berkembang baik di Pesisir Selatan.

“Saya akui ini tidak mudah. Awalnya saya pernah di tolak oleh PT. Agrotopik Nusantara, karena mereka tidak yakin bibit Kopi tersebut bakal berkembang baik di Pessel, lantaran suhunya sangat panas,” katanya pada wartawan di Painan, Sabtu (29/2).

Ia mengakui, sebagian wilayah di Kabupaten Pesisir Selatan merupakan daerah yang memiliki iklim panas, sehingga tidak banyak penduduk sekitar yang bertanam Kopi. Kendati demikian, ia terus berusaha agar bibit Kopi yang dikembangkan secara swadaya itu dapat tumbuh subur dengan baik.

“Berkat kegigihan saya, akhirnya bibit Kopi Arabika Andung Sari lebih kurang 3.500 batang siap dikembangkan, dengan catatan siap menanggung resiko,” ucapnya.

Menurutnya, perawatan Kopi hingga besar dan tumbuh subur, memang membutuhkan biaya yang agak mahal. Sebab, jika tidak teliti dalam pembuangan tunasnya bakal seperti daun Bonsai dan lambat berkembang.

“Apapun resikonya tetap saya hadapi. Pada intinya saya ingin membuktikan bahwa Kopi ini bisa tumbuh subur di Pessel,” tuturnya.

Ia menceritakan, awal mula termotivasi ingin bertanam Kopi di Kabupaten Pesisir Selatan, ketika berkunjung ke Kayu Aro, Kabupaten Sungai Penuh, saat menjabat sebagai Kepala Kampung nagari setempat.

“Disana sejumlah pekerja PT. Agrotopik Nusantara mengembangkan Kopi bersama BumNag setempat dengan memanfaatkan lahan warga sekitar, sehingga mampu meraup pendapatan pertahunnya sebesar Rp700 juta,” katanya.

Menurutnya, Kopi Arabica Andung Sari yang dikembangkan oleh PT. Agrotopik Nusantara telah di ekspor ke luar negeri seperti Amerika Serikat dan Swiss. Bahkan, penjualan standar biji kopi yang belum menjadi bubuk sesuai dengan hasil uji labor mencapai harga Rp150-300 ribu perkilonya.

“Nah, berkaca dari situlah saya termotivasi untuk mengembangkan Kopi ini di Pesisir Selatan, setidaknya dapat memenuhi kebutuhan keluarga dan menekan angka pengangguran di daerah berjuluk Negeri Sejuta Pesona ini,” tuturnya.

Ia menambahkan, agar Kopi dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, maka kita harus merawat setiap batangnya minimal menghabiskan waktu tiga menit.

“Ketika Kopi telah mencapai usia satu setengah tahun, maka sudah dapat dipanen. Apalagi jika usianya mencapai 2 tahun, maka panennya akan maksimal,” katanya menjelaskan. (kis)

Foto, Yusparman saat mengecek tanaman Kopi Arabika Andung Sari di kebun miliknya.

situs toto situs toto barbartoto barbartoto