HALOPADANG.ID – Anggota Komisi VI DPR RI dari Fraksi Gerindra Andre Rosiade mendukung langkah PT Dayamitra Telekomunikasi atau Mitratel yang akan melangsungkan penawaran umum perdana (Initial Public Offering/IPO), dengan menawarkan sebanyak-banyaknya 29,85 persen saham kepada publik.
Aksi korporasi anak perusahaan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk itu merupakan bagian dari upaya pengembangan bisnis dan mewujudkan ekosistem telekomunikasi dengan menyediakan jaringan 5G di seluruh pelosok Indonesia.
Namun demikian, Andre mencatat, ada masalah yang harus diselesaikan dengan cepat oleh pemerintah dalam hal ini Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo). Yakni membangun infrastruktur jaringan 5G yang membutuhkan spektrum frekuensi sebesar 100 MHz.
“Kita tahu IPO Mitratel ini tujuannya mencari uang untuk membangun infrastruktur 5G dengan target dana yang didapat dari IPO sebesar Rp 24 Triliun,” kata Andre dalam rapat dengar pendapat Komisi VI dengan Dirut PT Telkom Indonesia, Rabu (10/11) lalu.
“Tapi ada masalah. Dalam membangun 5G itu kita butuh spektrum sekitar 100 mega yang disiapkan oleh Menkominfo. Permasalahannya sampai saat ini spektrum itu belum disiapkan oleh Menkominfo. Setahu saya baru 2 giga spektrum yang ada di Indonesia,” tambahnya.
Karena itu, Andre berharap pemerintah dalam hal ini Kemenkominfo bisa bergerak cepat membangun infrastruktur jaringan 5G di Indonesia. Sehingga, uang yang didapat dari IPO Mitratel dapat digunakan sesuai dengan tujuan aksi korporasi perusahaan.
“Perlu juga kita mendorong, meski bukan di Komisi kita (mitra Kemenkominfo), tapi perlu kita bunyikan. Jangan sampai IPO ini berhasil mendapatkan duit Rp 24 triliun, tapi ternyata pembangunan untuk persiapan infrastruktur 5G terhambat dengan spektrum 100 Mega yang belum disiapkan oleh Kemenkominfo,” kata Andre.
Kementerian Komunikasi dan Informatika mengakui ketersediaan spektrum frekuensi radio penting untuk mengembangkan jaringan 5Gdi Indonesia. Pita frekuensi yang sudah tersedia saat ini baru 2,3 GHz, yang digunakan oleh Telkomsel untuk memberikan layanan 5G komersial.
Indonesia setidaknya membutuhkan spektrum frekuensi di tiga lapisan, yaitu pita 700 MHz pada lapisan bawah (low band); 2,3 GHZ dan 2,6 GHZ pada lapisan tengah (middle band); dan 3,5 GHz pada lapisan atas (high band). (*)