Jelang Pilgub Sumbar, Kemana Arah 3 Partai Besar?

pilkada
Ilustrasi Pilkada

HALOPADANG.ID–Partai Golkar, PDI Perjuangan, dan Partai NasDem Sumbar berpotensi besar tidak mengutus kader ke gelanggang Pilgub Sumbar 9 Desember 2020. Namun demikian, sebagai partai besar dan sarat pengalaman, ketiga partai itu tetap punya nilai tawar yang akan “dirayu” oleh para kandidat. Terlebih, ketiganya punya kursi di DPRD Sumbar.

Partai Golkar bahkan menempatkan delapan kadernya di DPRD Sumbar. Sayangnya, hingga saat ini Golkar belum bisa memastikan apakah akan mengusung kader sendiri atau akan merapat sebagai partai pengusung pasangan calon (paslon) gubernur dan wakil gubernur yang telah mengapung sejak jauh-jauh hari.

Namun demikian, Juru Bicara Golkar Sumbar Agus Wanto menegaskan, Golkar tetap memprioritaskan kader sendiri untuk maju dalam setiap helat Pilkada serentak di tahun 2020 ini. Namun, salah seorang kader kuat, yang tak lain adalah Ketua DPD Golkar Sumbar M Nurnas, tampak lebih berminat maju ke Pilbup Solok Selatan.

“SK bakal pasangan calon untuk tiga daerah di Sumbar sudah dikeluarkan oleh DPP. Hingga saat ini, Golkar baru menetapkan dan menyerahkan SK kepada 3 bakal calon kepala daerah itu, untuk bertarung 9 Desember mendatang,” kata Agus Wanto.

Menurut Agus, Golkar sebagai partai besar dan berpengalaman cukup lama dalam percaturan politik di Tanah Air dan di Sumbar, sangat teguh memegang prinsip bahwa kader adalah prioritas utama dalam setiap pencalonan kepala daerah. Meski pun memang, hasil survei juga menjadi patokan dalam menentukan arah dukungan.

“Yang diutamakan itu kader, apalagi Ketua DPD. Tapi ketua sepertinya maju di Kabupaten Solok Selatan,” sebut Agus Wanto lagi.

Bukan hanya Golkar, PDI Perjuangan yang memiliki tiga kursi di DPRD Sumbar juga belum menentukan arah dukungan di Pilgub Sumbar. Ketua DPD PDIP Sumbar Alex Indra Lukman mengatakan, sehubungan dengan konsolidasi internal, hal itu sudah dilakukan pada 2019, dengan kesimpulan PDIP Sumbar siap menghadapi Pilkada serentak 2020.

“Tentu kami mengutamakan kader sendiri terlebih dulu. Sementara di beberapa daerah lain di Sumbar, kita berkoalisi mengusung kader dari partai lain. Keputusan pencalonan ini, baik kader maupun nonkader, tetap melalui mekanisme internal partai dan berbasis survei,” katanya.

Hingga saat ini, Alex mengaku pihaknya masih menunggu keputusan DPP PDI Perjuangan terkait arah dukungan ataupun sikap di Pilgub Sumbar.

“Sampai saat ini, memang masih cenderung akan mengusung kader dari partai lain di Pilgub. Akan tetapi, secara resmi, kita tunggu keputusan final dari DPP PDIP,” katanya menutup.

Ketua Tim Penjaringan Pilkada Partai NasDem Sumbar, Muzmaizer Datuak Gamuak belum bisa berkomunikasi karena sedang terlibat pertemuan. Sehingga, komentar terkait arah dukungan NasDem yang memiliki tiga kursi di DPRD Sumbar belum bisa diperoleh.

Golkar Penentu Poros

Terkait nasib tiga partai di atas, Direktur SBLF Riset Edo Andrefson menilai bahwa Golkar Sumbar dapat menjadi penentu hadirnya lima paslon (termasuk independen) di Pilgub Sumbar. Jika Golkar sudah merapat ke salah satu pasangan yang diusung partai politik seperti, Mulyadi, Mahyeldi, dan Nasrul Abit, maka pupus sudah harapan poros partai baru.

“Perkembangan terakhir yang saya dengar, Golkar dikabarkan berminat mengusung Suherman-Fauzi Bahar, atau bergabung ke Mulyadi atau Mahyeldi. Namun, yang santer terdengar Golkar akan bergabung ke pasangan Mahyeldi-Audy. Sebab, sosok Audy dianggap netral, tanpa latar belakang kepartaian, dan juga mendaftar ke Golkar Sumbar. Bisa jadi Audy dijadikan kader mereka,” kata Edo, Kamis (16/7).

Selain itu, kata Edo, pasangan yang mungkin mendapatkan dukungan dari Partai Golkar adalah Faldo Maldini-Febby. Sebab, di antara seluruh calon alternatif, selain tiga pasangan lain, Faldo dianggap sebagai sosok yang paling berambisi dan memilik popularitas cukup baik untuk maju ke Pilgub Sumbar.

“Namun, karakter Golkar selama ini seperti dapat kita lihat, selalu condong pada Paslon dengan peluang besar untuk menang. Begitu juga dengan Nasdem, saya rasa karakternya sama,” katanya lagi.

Edo juga menilai, Golkar, Nasdem, dan PDIP agak terlambat mengambil momen untuk mengambil keputusan terkait siapa calon yang akan diusung. Sebab, tiga pasangan calon yang tengah mengambang dari jalur parpol, hampir sudah bisa memastikan cukupnya dukungan partai untuk bertarung di Pilgub.

“Hal itu menurut saya bisa membuat nilai tawar mereka jadi lemah. Selain itu, secara ketokohan, tiga partai ini juga tidak memiliki sosok kuat untuk bersaing secara popularitas. Namun jika tiga partai ini bisa memaksimalkan basis suara masing-masing dan membangun poros baru, serta ada cost yang cukup, tentu akan dapat bersaing di Pilgub,” tutur Edo.

Tetap Berdaya Tawar

Lain halnya dengan Edo, Peneliti Spectrum Politica Andri Rusta menilai baik Golkar, PDI Perjuangan, dan Nasdem, tetap memiliki nilai tawar untuk Pilgub Sumbar. Golkar bahkan sempat memunculkan nama-nama tokoh di Solok Raya seperti Zul Elfian dan Gusmal ke permukaan. Begitu pun dengan PDIP yang sempat memunculkan nama Shadiq Pasadigoe.

“Sebenarnya dengan kekuatan tiga partai ini, mereka dapat menciptakan poros baru dengan calon-calon alternatif. Bisa dengan Faldo Maldini atau Gusmal, bahkan Shadiq. Namun, jika tetap menciptakan poros baru, maka akan memberi keuntungan bagi pasangan Mahyeldi-Audy yang memiliki basis suara jelas serta kader yang militan. Namun jika bergabung ke Mulyadi, maka Mahyeldi akan mendapatkan lawan sepadan,” sebut Andri.
Andri juga menyebutkan bahwa koalisi besar akan berbenturan dengan deal-deal politik.

“Tidak bisa menafikan, bahwa mahar politik itu masih ada. Besarnya koalisi secara teoritis tentu menguntungkan, tapi makin banyak partai maka makin besar pula cost yang harus dikeluarkan untuk logistik dan menggerakkan massa,” kata Andri lagi.

Meski pun begitu, baik Golkar, Nasdem, dan PDIP hingga saat ini diyakini Andri tetap memiliki nilai tawar bagi calon-calon yang masih berambisi untuk maju tetapi tidak memiliki dukungan partai yang cukup. “Tentu, calon-calon itu akan berupaya untuk mendapatkan dukungan dari tiga partai yang tersisa ini,” katanya menutup. (Q-05)