HALOPADANG.ID–Menjelang dibukanya Pasa Ateh Kota Bukittinggi, Gubernur Sumbar Irwan Prayitno meminta kepada Pemko Bukittinggi untuk menjaga pasar agar tetap aman dari Covid-19. Untuk itu aturan protokol kesehatan penanganan Covid-19 harus dijalankan.
Tujuannya adalah agar pasar tidak menjadi episentrum penyebaran covid-19, serta memberikan rasa aman dan nyaman kepada pengunjung atau pembeli yang datang ke Pasa Ateh Bukittinggi. Hal ini ini penting dilakukan, karena Pasa Ateh akan menjadi destinasi wisata belanja yang berhadapan langsung dengan ikon wisata Jam Gadang.
“Kami ingatkan kepada Wali Kota Bukittinggi, agar nantinya para pedagang dan pembeli tetap menerapkan protokol kesehatan Covid-19, yakni physical distancing dengan jarak 1 meter, menggunakan masker atau face shield, dan rajin cuci tangan. Jadi kami harapkan ini menjadi perhatian oleh Bukittinggi,” kata Irwan Prayitno, ketika meninjau wajah baru Pasa Ateh yang dibangun dengan konsep green building atau ramah lingkungan tersebut, Sabtu ( 27/6).
Kunjungan Gubernur Sumbar beserta istri Hj Nevi Zuairina dan rombongan ke Pasa Ateh, didampingi langsung oleh Wali Kota Bukittinggi Ramlan Nurmatias, Sekda Yuen Karnova, Asisten, Kepala Dinas Koperasi UMKM dan Perdagangan, Muhammad Idris, dan OPD terkait lainnya.
“Kunjungan yang kami lakukan untuk melihat langsung kondisi Pasar Ateh Bukittinggi yang segera dioperasionalkan. Sebelumnya peresmian Pasa Ateh telah dilakukan secara virtual oleh Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR),” ujar Irwan Prayitno.
Ia mengatakan, tatanan Pasa Ateh memadukan antara mall dan pasar tradisional. Sebab bangunan Pasa Ateh yang berdiri dengan megah, terlihat seperti pasar modern yang ada pada saat ini. Pasa Ateh memiliki disain modern untuk menarik pengunjung untuk datang ke Bukittinggi. Selain ramah lingkungan, pembangunan Pasa Ateh sengaja didisain secara modern untuk dijadikan icon wisata yang bisa terhubung dengan Jam Gadang.
Menurutnya, ada dua aspek yang langsung dikawinkan dalam Pasa Ateh, sehingga Pasa Ateh akan menjadi destiniasi wisata tersendiri bagi pengunjung nantinya.
“Ada dua aspek disatukan dalam Pasa Ateh, yakni mall yang bersih, aman dan nyaman dikawinkan dengan perdagangan ala tradisional dari UMKM. Seperti ada pedagang kaki lima, ada barang-barang tradisional, ada budaya tawar-menawar mode tradisional tapi masuk ke pola mall yang sudah modern,” ungkapnya.
Rencananya terang Irwan, sebelum Iduladha Pasar Ateh sudah dibuka. Sebab, sudah hampir 2,5 tahun pedagang tidak dapat berjualan di Pasar Ateh semenjak kebakaran 2017 lalu. Pasar ini akan diprioritaskan untuk korban kebakaran, dan pendaftaran juga sudah dibuka dari beberapa bulan lalu.
Sementara itu Wali Kota Bukittinggi, Ramlan Nurmatias menyampaikan, setelah mengalami musibah kebakaran pada 30 Oktober 2017 lalu, Pasa Ateh dibangun kembali pada Oktober 2018 oleh pemerintah pusat melalui Kementrian PUPR, dengan memakai dana APBN sebesar Rp 292 miliar. Pembangunan Pasa Ateh selesai akhir 2019.
Luas bangunan Pasa Ateh 39.729 M2, yang terdiri 4 lantai, 1 basement dan 835 kios pedagang. Pasa Ateh dilengkapi dengan fasilitas tempat parker, toilet umum dan difabel, mushalla, ruangan ibu menyusui, area food court, area terbuka hijau, lift dan escalator serta sarana proteksi kebakaran.
“InsyaAllah Selasa (30/6), kami akan undang seluruh pedagang untuk musyawarah terkait dengan penempatan, penjenisan dan sewanya. Besaran sewa dari hitungan KPKNL sudah ada, dan nanti kita sosialisasikan dengan pedagang. Kami juga akan siapkan pula kebijakan khusus nantinya untuk sewa di beberapa bulan kedepan, karena kami sangat paham dengan kondisi pedagang saat ini,” ungkap Ramlan.
Terpisah Hj Nevi Zuairina menyebutkan, salah satu yang harus diantisipasi dalam tatanan kehidupan baru new normal adalah pusat-pusat keramaian, di mana salah satunya adalah pasar tradisional.
“Kami berharap dengan dibukanya Pasa Ateh, para pedagang dan pengunjung dapat menjalankan aturan protokol kesehatan Covid-19,” tukasnya. (L-01)