HALOPADANG.ID — Ada lima jorong (kampung) yang berada di seputaran Danau Maninjau, Kabupaten Agam yang tampak elok memesona jika dilihat dari daerah ketinggian. Kelima jorong itu adalah Jorong Gasang, Jorong Pasar Maninjau, Jorong Kubu Baru, Jorong Bancah, dan Jorong Kukuban.
Menyambut Idul Fitri, mereka ternyata punya tradisi sendiri di atas danau yang belakangan selalu diributkan soal ikan mati. Anak nagari di seputaran Maninjau menggelar tradisi “Rakik-Rakik”. Sebuah tradisi yang menghadirkan rakit yang dilengkapi dengan ornamen tradisional berupa miniatur rumah adat dan ornamen religi berupa miniatur masjid.
Hal serupa sebenarnya juga ada di Kabupaten Limapuluh Kota, tepatnya di Kecamatan Pangkalan Koto Baru. Tapi ada bedanya. Di Limapuluh Kota, kegiatan dilaksanakan pada sore hari di (Sungai) Batang Maek. Karena dilaksanakan pada senja hari, kegiatan ini disebut Potang Balimau.
Anak Nagari setempat menyulap rakit dan perahu menjadi miniatur bangunan-bangunan baik rumah adat maupun masjid. Hanya saja, karena gelarannya pada senja hari, maka tak ada lampu hias. Ini menjadi pembeda kegiatan Rakik-Rakik di Maninjau.
Di rakik-rakik tersebut, ada lampu LED dan obor di sekelilingnya. Sejumlah pemuda tampak juga memainkan ‘tambua tansa’ untuk lebih memeriahkan kegiatan tradisi tersebut. Sesekali dentuman suara meriam bambu yang berbahan bakar karbit, terdengar keras dari arah Rakik-rakik itu. “Rakik-Rakik” itu sendiri terbuat dari bambu yang kemudian dihias sehingga membentuk miniatur bangunan tradisional dan religi.
Agar gaung Rakik-Rakik ini kian menggema seperti Potang Balimau di Limapuluh Kota, pemerintah di Agam mestinya menjadi kegiatan ini sebagia agenda wisata mereka. Menurut Wali Jorong Kubu Baru, Ferdian mengatakan, tradisi Rakik-Rakik di Nagari Maninjau sudah dimulai sejak puluhan tahun yang lalu oleh masyarakat sekitar. Ia menyebut, tradisi ini digelar untuk menyambut datangnya 1 Syawal di setiap tahun.
Hebatnya, dikutip dari AMCNews.co.id, untuk memproduksi Rakik-Rakik, setiap jorong mengerahkan para pemudanya untuk membangun sejak awal Ramadan. Targetnya, pada malam takbiran, Rakik-rakik itu bisa dilepas ke tengah danau. Tak lupa, lampunya dinyalakan sehingga malam menjelang wujud rakit tersebut tak lenyap di telan kelam.
“Tradisi Rakik-Rakik dimulai dari pukul 21.00 WIB hingga 01.00 WIB,” kata Ferdian
Ia mengaku, antusiasme masyarakat untuk melihat Rakik-Rakik ini sangat tinggi sekali. Hal itu dibuktikan dengan hadirnya ratusan masyarakat mengikuti seluruh rangkaian proses pelepasan Rakik-Rakik dari tepian ke tengah danau.
“Alhamdulillah, antusiasme masyarakat untuk melihat Rakik-Rakik sangat tinggi sekali. Kita berharap tradisi ini bisa terus dipertahankan sampai kapanpun, serta digelar lebih meriah lagi pada tahun depan,” ungkap Ferdian.(HP-002)