Inovasi UMKM di Agam, Ikan Maco Dikemas Lebih Moderen

maco
Produk ikan maco yang sudah dikemas

HALOPADANG.ID–Ditangan pemuda asal Ujuang Labuang, Nagari Tiku V Jorong, Kecamatan Tanjung Mutiara, Kabupaten Agam ini, ikan kering (maco) produksi nelayan Tiku mencapai pasar yang lebih luas. Maco-maco segar tersebut dikemas dalam brand menarik yang dipasarkan secara dalam jaringan (daring).

Rodi Indra Saputra, salah seorang pelaku UMKM di Tanjung Mutiara mengaku tertantang untuk meningkatkan taraf ekonomi nelayan setempat. Dirinya melirik maco lantaran kerapnya nelayan merugi saat produksi melimpah namun sedikit permintaan di pasaran.

“Selain alasan tersebut, nelayan di sini juga kerap rugi dengan harga ikan kering yang tak menentu. Bahkan sering berbanding terbalik saat tangkapan ikan berlimpah, harga jual justru anjlok,” ujar pria 28 tahun tersebut.

Wisatawan yang berkunjung ke sini, ulas Rodi, tak jarang bertanya soal buah tangan yang dibawa ketika mengunjungi Pantai Pasia Tiku. Dirinya menilai, kunjungan wisatawan yang tinggi ke objek wisata tersebut hendaknya dapat berdampak pada income masyarakat setempat.

“Melihat kondisi itu, mengapa kita tidak merespon peluang tersebut dengan mencoba sesuatu yang baru, meskipun yang kita jual boleh dibilang bukan sesuatu yang baru. Untuk itu kita mencoba membranding dengan mengemas ikan kering ke dalam bungkusan menarik,” tuturnya.

Tidak hanya dengan mengemas dalam kemasan, Rodi juga menjaga kualitas ikan kering yang akan dipasarkan. Dikatakan Rodi, produk ikan kering yang dikemas adalah ikan kering berasal dari ikan segar yang diolah secara alami tanpa pengawet.

“Menurut saya, ikan kering produksi nelayan Tiku memiliki kelebihan dibandingkan ikan produksi di tempat lain, diantaranya, ikan ditangkap langsung oleh nelayan di bibir pantai, jadi tidak diawetkan menggunakan es, karena sampai di pantai langsung diolah menjadi ikan kering,” terang Rodi.

Selain itu, terangnya lagi, proses pengeringan ikan langsung di bawah paparan matahari yang cukup terik dan tidak menggunakan bahan berbahaya sehingga membuat rasa lebih enak jika diolah menjadi masakan.

Karena dikemas dengan tidak menggunakan bahan pengawet, Rodi mengakui ikan kering tersebut tidak bisa disimpan dalam waktu lama, maksimal hanya 30 hari.

“Untuk itu kami selalu berpesan kepada konsumen untuk segera mengolah ikan dan tidak menyimpan untuk waktu yang lama. Kami sedang berupaya bagaimana ikan asin ini bisa memiliki daya tahan cukup lama tanpa menggunakan bahan pengawet, mungkin salah satunya dengan cara pembekuan,” ungkapnya.

Untuk pemasaran, produk ikan kering nelayan Tiku sudah merambah ke Padang, Payakumbuh, Bukittinggi, hingga ke provinsi tetangga seperti Pekanbaru. Saat ini Rodi juga membuka outlet ikan kering di kawasan jalan lintas Bukittinggi -Lubuk Basung.

Kedepan, Rodi merencanakan produk yang dijual tidak hanya berupa ikan kering, dirinya tengah melakukan pengembangan produk kuliner berbahan ikan kering.

“Mungkin sebentar lagi akan ada produk olahan berbahan ikan asin yang kami jual, apakah itu berupa kerupuk, peyek atau sejenisnya. Harapan saya produk- produk tersebut dapat memberikan pendapat lebih bagi nelayan dan membuka kesempatan bagi lapangan kerja baru,” ujarnya berharap.(R-01/rel)

situs toto situs toto barbartoto barbartoto