Tagihan Listrik Mei Naik Hingga 200 Persen, Ini Alasan PLN

Ilustrasi meteran listrik

HALOPADANG.ID — PT PLN (Persero) kembali menegaskan bahwa perhitungan tarif dasar listrik untuk seluruh golongan tidak naik sama sekali. Lonjakan tagihan yang dikenakan pada Mei kemarin pun terjadi lantaran adanya pemakaian listrik berlebih sejak Maret 2020.

“Yang jelas kita tidak ada kenaikan listrik sejak 2017. Kenaikan pemakaian bisa dilihat sendiri oleh pelanggan,” kata Direktur Niaga dan Manajemen Pelayanan Pelanggan PLN Bob Saril dalam sesi teleconference, Senin (15/6).

Bob menyampaikan, pemakaian listrik memang telah membesar sejak penerapan masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pada awal Maret lalu. “Sejak Covid-19 dan ada PSBB, untuk para pekerja, sekolah dan kuliah menjadi stayed at home, kenaikan dari pemakaian meningkat karena aktivitas ada di rumah,” sambungnya.

“Bulan Ramadan juga sebabkan kenaikan. Dari statistik sebelumnya ada kenaikan dari rumah tangga. Kalau dulu sholat berjamaah di masjid, sekarang di rumah,” dia menambahkan.

Lebih lanjut, Bob juga memberikan gambaran seputar perhitungan tagihan listrik yang membengkak hingga 200 persen. Sejak Maret, dia menjelaskan, PLN menggunakan mekanisme pencatatan rata-rata tiga bulan sebelumnya.

“Untuk cegah penyebaran virus di bulan Maret, maka diminta petugas PLN Tidak mencatat. Cara kita mengetahuinya dengan melihat standar internasional rata-rata tiga bulan, karena pada Desember (2019)-Januari-Februari normal. Maka digunakan itu,” tuturnya.

Sebagai contoh, Bob mengibaratkan konsumen listrik pada Desember-Januari-Februari memakan 5 kue. PLN kemudian tetap menghitung pelanggan memakan 5 kue pada Maret, meski sebenarnya jumlah kue yang dimakan adalah 7 buah.

“Saya tagihkan 5 kue, tapi yang sudah dimakan 7. Jadi ada 2 kue lagi uang belum dibayar pelanggan,” ungkap dia.

Perhitungan serupa tetap dikenakan pada April, meskipun di sisi lain jumlah penggunaan listrik semakin membengkak. Bob mencontohkan, konsumen telah memakan 9 kue pada April namun tetap membayar 5 kue saja, sehingga ada utang 4 kue yang belum terlunasi.

Utang 6 kue tersebut kemudian PLN tagihkan kepada pelanggan listrik pada Mei. Misalnya saja pemakaian pada bulan tersebut terhitung 9 kue, maka total pembayarannya menjadi 15 kue atau naik 200 persen dibanding perhitungan rata-rata di Desember-Januari-Februari.

“Jadi terlihat dia pakai 9. Tentu saja 9+6 jadi naiknya 200 persen,” pungkas Bob.(002/Merdeka)