Istri Meninggal, Anakpun Harus Diisolasi, Perantau Minang Ini Butuh Bantuan agar Bisa Pulang Kampung

Ade Kurniawan, perantau Minang di Sampit Kalimatan Tengah yang istrinya meninggal dunia dan anak harus diisolasi (Foto istimewa)

HALOPADANG.ID — Viral di berbagai media sosial kisah perantau minang bergelut dengan kehidupan di masa pandemi. Salah satunya dialami oleh Ade Kurniawan, perantau minang yang menetap di Sampit, Kalimantan Tengah.

Tidak hanya mengalami himpitan ekonomi akibat dampak Corona, pria 30 tahun ini juga tengah berduka karena istrinya baru saja meninggal dunia dan dimakamkan di Sampit. Sementara anaknya yang belum berusia belum genap dua bulan terpaksa menjalani isolasi mandiri karena gejala Covid-19

Awalnya, Ade, yang sudah berhenti dari pekerjaan sebagai karyawan di sebuah perusahaan perkebunan kelapa sawit, ingin pulang kampung bersama sang anak dan mertuanya untuk memulai kehidupan baru. Mereka rencananya berangkat Jumat sore (12/6/2020) dari Bandara H. Asan Sampit menuju Padang menggunakan maskapai penerbangan Sriwijaya Air dengan transit terlebih dahulu di Jakarta.

Namun apa hendak dikata, ketika petugas Bandara H. Asan Sampit melakukan pemeriksaan, ternyata suhu tubuh anaknya tinggi. Dan, anaknya pun harus menjalani isolasi mandiri. Rencana pulang kampung Ade pun jadi batal.

“Saya niatnya ingin pulang kampung dari Sampit bersama anak dan mertua, kemarin jam empat sore. Saya sudah resign di sini. Tapi, sewaktu di bandara, ada pengecekan suhu tubuh. Ternyata suhu anak saya tinggi, 38,3 derajat celsius. Kami tidak diizinkan berangkat,” ujarnya, Sabtu (13/6/2020) dikutip Halopadang.id dari Berita Minang.

Ade sebenarnya menolak pembatalan keberangkatan itu. Sebab, dia, anak, dan mertuanya sudah mengantongi surat keterangan telah melakukan rapid test dengan hasil negatif Covid-19. Namun, kata Ade, pihak bandara tetap tidak mengizinkan karena suhu tubuh anaknya tinggi. Sebagaimana diketahui, suhu tubuh tinggi lewat 37 derajat celsius merupakan salah satu gejala seseorang terinfeksi virus corona.

Pihak bandara lalu menghubungi pihak gugus tugas penanganan Covid-19 setempat. Setelah konsultasi dengan dokter anak di rumah sakit, diputuskan bahwa sang anak harus isolasi mandiri.

“Tiba di rumah sakit, langsung isolasi. Dia diisolasi mulai jam enam malam kemarin. Pada malam kemarin, anak saya juga sudah dilakukan tes swab oleh petugas medis. Sedang mertua berada di rumah sakit untuk mendampingi anak di kamar isolasi,” jelasnya.

Kata Ade, anaknya tersebut baru berumur 48 hari. Pada pertengahan Mei lalu, istrinya meninggal dunia. Beberapa hari setelah melahirkan, istrinya harus diisolasi di rumah sakit RSUD Dr Doris Sylvanus Palangkaraya karena gagal fungsi paru-paru. Ade yang mendampingi istrinya di rumah sakit. Setelah hampir selama setengah bulan di rumah sakit, istrinya pun berpulang.

Karena ingin pulang kampung bersama anak dan mertuanya, Ade berhenti dari pekerjaan.

“Saya ingin membawa anak dan mertua pulang kampung. Saya berhenti karena ingin pulang kampung habis. Anak dan mertua kan ndak mungkin pulang kampung berdua. Jadi, saya pulang kampung bersama mereka. Saya sudah membuat surat resign pada 6 juni kemarin. Saya ingin mendampingi anak di kampung,” tuturnya.

Meski demikian, atas cobaan yang dihadapi, Ade berusaha untuk tetap tegar. Pihak maskapai telah mengembalikan uang pembelian tiket penerbangannya.

Kata Ade, dia akan berusaha menggunakan uang tersebut untuk biaya sehari-hari selama anak dan mertuanya berada di rumah sakit. Kata Ade, berdasarkan informasi yang dihimpunnya, hasil pemeriksaan swab anaknya akan keluar 15 – 20 hari lagi. Ade, anak, dan mertuanya tidak memiliki kerabat di rantau.

Jika uang tersebut habis, dan anaknya nanti sudah diperbolehkan keluar karena sehat, Ade mengaku tidak tahu harus berbuat apa.

Dia meminta agar masyarakat ikut mendoakan kesembuhan anaknya. Ade juga berharap agar Pemerintah Provinsi Sumatera Barat  atau masyarakat Minang yang ada di Sumbar atau di rantau untuk membantu proses pemulangannya, bersama anak dan mertuanya.

“Saya berharap ada pihak yang membantu proses kepulangan kami,” ungkap Ade.(002)