HALOPADANG.ID–Dengan diberlakukannya kuliah Dalam Jaringan (Daring) selama masa Pandemi Covid-19 membuat mahasiswa Universitas Andalas (Unand) merasa dibebankan dengan biaya kuota internet. Lantaran demikian mereka menuntut pihak kampus untuk memberikan keringanan biaya kuliah atau UKT. Bahkan tuntutan itu sempat memuncaki trending topic di Twitter pada, Selasa (28/4).
Ketua Umum Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Pengenalan Hukum dan Politik Unand, Abdis Sallam Fajri mengatakan tuntutan itu lantaran menurut mereka sarana dan prasarana kampus tidak digunakan selama kuliah daring. Sebab itu menurutnya, Unand sudah semestinya memberikan keringanan biaya kuliah pada semester yang akan datang.
“Kita hanya menuntut hak dari UKT yang telah kita bayarkan. Sekarang, kenapa kita harus membayar untuk sesuatu yang tidak kita gunakan. Banyak dana yang dapat digunakan Unand, seperti biaya listrik yang selama kuliah daring tidak kita gunakan sepenuhnya,” katanya, Selasa (28/4).
Padahal, kata Abdis, jika melihat Surat Edaran dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) No.331/E.E2/KM/2020 tentang Bantuan Sarana Pembelajaran Daring kepada Mahasiswa tertanggal 6 April lalu, Universitas negeri maupun swasta di Indonesia berkewajiban untuk memberikaan bantuan pulsa kepada mahasiswa selama masa perkuliahan daring.
“Saya pribadi sudah mencoba menghubungi pimpinan kampus, namun hingga kini tuntutan kami belum digubris. Akan tetapi pihak Unand berencana untuk memberikan subsidi khusus mahasiswa bidikmisi dan mahasiswa dengan UKT level satu saja. Padahal semua mahasiwa merasakan dampak yang sama, kenapa hanya itu yang diberi keringanan,” katanya lagi.
Senada dengan Abdis, Mahasiswa Jurusan Ilmu Politik, Nando Muhamad sangat menyesalkan kelambanan Unand dalam menanggapi Surat Edaran dari Kemendikbud. Menurutnya masalah kuota adalah masalah krusial yang dihadapi oleh mahasiswa saat ini. Tidak sedikit mahasiswa yang ketinggalan kelas karena tidak memiliki kuota internet selama belajar daring.
“Ketika corona melanda, ekonomi keluarganya juga lumpuh, tidak ada income di keluarganya. Jangankan untuk membeli kuota, mungkin untuk makan pun sulit. Untuk sebagian orang yang berkecukupan ini mungkin bukanlah suatu permasalahan yang berarti, tetapi untuk orang dengan ekonomi kelas menengah ke bawah tentu sangat berat,” kata Nando.
Begitu juga dengan Mahasiswa Jurusan Hubungan Internasional, Fadil Imanuddin Delvis yang mengatakan Unand tidak menyadari kesulitan yang tengah dialami mahasiswa saat menjalani kuliah daring saat ini. Ia juga membandingkan keadaan Unand dengan universitas lain yang lebih dulu menyediakan subsidi berupa kuota kepada seluruh mahasiswanya, dan juga melakukan pemotongan UKT.
“Sebaiknya bantuan diberikan secepat mungkin. Pembelajaran online ini menggunakan beberapa aplikasi seperti Zoom, Google Meet, dan lainnya yang memakan kuota cukup banyak. Hal ini tentu sangat memberatkan,” kata Fadil. (Q-6)