Bisnis Hotel di Bukittinggi Anjlok, Karyawan Dirumahkan

hotel
Ilustrasi hotel

HALOPADANG.ID–Wabah Corana virus disease 2019 (Covid-19), membawa dampak yang sangat signifikan bagi pelaku jasa perhotelan di Kota Bukittinggi. Hal ini seiring dengan merosot drastisnya tingkat hunian hotel di kota wisata tersebut.

Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Bukittinggi, Vina Kumala mengatakan, pandemi Covid 19 saat ini telah membuat bisnis perhotelan di Kota Bukittinggi menjadi anjlok. Tingkat hunian hotel jauh merosot karna tidak adanya tamu yang menginap.

Dengan kondisi tersebut, tentu sudah tidak ideal lagi untuk operasional hotel dengan segala beban yang harus ditanggung, seperti pajak hotel, biaya tenaga kerja (karyawan), biaya listrik, air, telepon, dan lainnya. Bahkan, efek dari Covid-19 ini, sudah ada hotel yang merumahkan karyawannya terhitung 1 April 2020.

“Covid-19 telah membawa dampak yang sangat besar terhadap semua sector, termasuk sector perhotelan di Kota Bukittinggi. Banyak hotel saat ini tidak ada tamu, tingkat hunian kamar hotel menurun drastis, parsentase penurunan tidak bias dihitung, karena rata rata semua zonk,” ujar Vina, Selasa (14/4).

Menurutnya, terkait dengan tarif kamar hotel saat ini hanya menyesuaikan saja. Karna dengan kondisi sekarang, pihak hotel tidak bisa apa-apa. PHRI berharap, dampak yang dirasakan oleh jasa perhotelan saat ini bisa menjadi perhatian bagi pemerintah daerah, dengan memberikan kebijakan terhadap pelaku usaha perhotelan berupa keringanan pembayaran listrik serta membebaskan pajak hotel selama tanggap darurat virus corona berlangsung.

“Kami sudah memasukkan surat kepada Pemko Bukittinggi mengenai pajak hotel yang menjadi beban bagi pelaku usaha perhotelan, termasuk dipensasi dari pemerintah untuk pembayaran listrik, air, telepon dan lainnya. Namun surat yang kami masukkan tertanggal 1 April 2020 tersebut, sampai saat ini kami belum menerima balasannya,” kata Vina.

Ia mengakui, selama ini sektor pajak dari perhotelan menjadi salah satu penyumbang PAD bagi Pemko Bukittinggi. Dengan kondisi saat ini, PHRI tentu berharap ada kebijakan dari pemerintah untuk membantu pelaku usaha perhotelan di Bukittinggi. “Selama ini kami adalah ujung tombak pariwisata penyumbang PAD tertinggi. Namun kini, sektor perhotelan anjlok karna tingkat hunian hotel yang kosong,” tukas Vina.

Anjloknya bisnis perhotelan di Kota Bukittinggi akibat Covid-19, juga diakui oleh salah seorang pelaku usaha perhotelan, Syafril. Menurutnya, operasional hotel saat ini hanya untuk menjaga property yang ada, karna tidak adanya tamu yang datang. “Sejak pandemic Covid-19, rata rata tingkat hunian kamar hotel di Bukittinggi kosong. 50-90 parsen karyawan juga dirumahkan,” ujar Syafril.

Terkait dengan kondisi tersebut ulasnya, PHRI sudah mengirimkan surat kepada Pemko Bukittinggi untuk mencarikan solosi yang dihadapi pelaku perhotelan. “Secara formal memang surat yang dikirimkan itu belum dibalas. Namun secara lisan Walikota sudah menyampaikan bahwa pemerintah daerah akan mencarikan solusinya bersama PHRI,” ungkap Syafril.(L-02)