HALOPADANG.ID — Bagi banyak mahasiswa, momen wisuda menjadi saat yang sangat membahagiakan. Namun, bagi Katarina Oa Jebe momen ini terasa sangat berbeda dan bisa dibilang luar biasa.
Di masa pandemic Covid-19, pola perkuliahan berbeda, termasuk pola wisuda. Larangan berkerumun membuat banyak perguruan tinggi mensiasati pelaksanaan wisuda agar terhindar dari prinsip berkerumun. Polanya wisuda dalam jaringan (daring) alias online.
Katarina Oa Jebe merasakan sensasi itu. Di kampungnya di Desa Baya, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, sinyal internet sulit diakses. Karenanya, mahasiswi Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang itu harus berjuang mendapatkan sinyal. Salah satunya dengan jalan mencari tempat yang lebih tinggi dan sinyal-pun terdeteksi.
Ia akhirnya mengikuti acara wisudanya tengah hutan, sebuah lahan perkebunan warga. Keputusan itu diambil Katarina kerena kesulitan mengakses internet di desanya.
Dengan didampingi kedua orang tuanya, mahasiswi ini lakukan wisuda online di tengah hutan.
Hal ini berbeda dengan mahasiswa yang lain yang umumnya melaksanakan wisuda online di rumah. Momen wisuda mahasiswi ini dibagikan oleh salah satu netizen Facebook dengan akun bernama Wollo Maksimal. Dia mengunggah video momen wisuda mahasiswi bernama Katarina ini yang dicoba di tengah hutan.
”Katarina Oa Jebe, S. K. H seseorang gadis dari dusun Waibreno, Desa Baya, Adonara Tengah, Flores Timur, NTT yang pada hari ini menjajaki kegiatan wisuda secara online,” tulis Wollo. Nyatanya, alibi Katarina terpaksa wisuda di tengah hutan sebab susahnya sinyal internet di desanya. Sebab itu, dia yang didampingi kedua orang tuanya wajib mengarah tengah Hutan Gaharu supaya dapat wisuda online.
” Sebab sinyal internet terbatas kesimpulannya melakukan kegiatan wisuda di Hutan Gaharu,” lanjutnya.
Dalam video yang diunggah Wollo itu, nampak Katarina yang mengenakan toga didampingi kedua orang tuanya. Dikala dipanggil, Katarina nyatanya pula mencapai gelar cumlaude. Video yang diunggah Wollo ini juga sukses memegang hati banyak netizen. Tidak sedikit dari mereka yang terharu sekalian bangga dengan Katarina.
” Luar biasa, serta Hendak jadi sejarah hidup mu,, Profct ade, sukses senantiasa ina,” tulis seseorang netizen.
” Mudah- mudahan ilmunya berguna buat membangun wilayah kakak,” pendapat netizen yang lain.
” Luar biasa,, sarjana lahir di tengah pandemi,,, sukses kedepanx dibalik kesuksesan anak terdapat orang tua yang hebat,,, selamat berbahagia ade n keluarga,, TYM,” tulis seseorang netizen.
Tak hanya Katarina Oa Jebe yang merasakan sensasi itu. Di Malaysia, Mohd Azmi baru- baru ini mendirikan tenda di atas bukit setinggi 20 m. Hal ini dia jalani supaya putrinya dapat mengikuti belajar di kelas online di desa mereka yang mempunyai jangkauan internet yang lemah.
Si gadis, Nurlieda Khaleeda, merupakan seseorang mahasiswi tahun kedua teknologi laboratorium medis dari Universitas Malaya. Bagi Nurlieda, apa yang dicoba bapaknya buat menunjangnya belajar ini bukan awal kalinya.
Tadinya, Mohd Azmi sempat berangkat ke kota yang jaraknya 3 km cuma buat mencari koneksi internet yang layak untuk gadis tercintanya.
Sayangnya, sebab pemberlakuan kontrol pergerakan bersyarat( CMCO) di Kelantan sepanjang 2 minggu, perihal ini membuat Azmi wajib mencari alternatif lain supaya Nurlieda dapat menjajaki kelas online. Sebab seperti itu dia memutuskan membangun tenda di atas bukit buat putrinya.
” Ruang kelas” individu Nurlieda ini dilengkapi dengan sofa, meja, laptop, serta modem nirkabel yang dia membawa dekat 30 m dari rumah mereka. Mahasiswi berumur 20 tahun ini mengaku dia memakai” ruang kelas individu” nya itu tiap hari.
Cuma saja dia menjauhi belajar hingga larut malam sebab resiko hewan beresiko semacam ular. Azmi akhirnya memilih menemani gadisnya belajar di tenda tiap hari hingga dia berakhir kelas ataupun tes. (HP-004)