HALOPADANG.ID–Seperti menyingkap memori lama, kunjungan Wakil Gubernur Sumbar Nasrul Abit beserta jajaran ke Nagari Garabak Data, Kabupaten Solok, mengingatkan dirinya akan masa-masa penuh perjuangan, saat memimpin Kabupaten Pesisir Selatan keluar dari status Kabupaten Tertinggal menjadi Kabupaten Maju pada 2014 lalu.
Kenangan itu disampaikan Nasrul Abit (NA) usai bermalam bersama warga di nagari tertinggal di Kecamatan Tigo Lurah tersebut. Hingga malam, NA bertukar pikiran dan saling semangat-menyemangati bersama warga yang berkumpul bersamanya. Pada intinya, semua berkomitmen untuk bersama-sama mengeluarkan daerah itu dari klaster ketertinggalan. Kebersamaan, kata NA, adalah kunci dari segalanya.
“Kesulitan yang bapak dan ibuk rasakan di Garabak Data ini pernah saya alami di Pesisir Selatan. Saya rasakan sulitnya saat menjadi warga, dan saya upayakan melepaskan kesulitan itu saat diamanahi jadi bupati selama dua periode. Alhamdulillah, 2014 Pessel keluar dari status tertinggal,” kata NA, Senin (10/08/2020) malam.
Dalam kesempatan itu, NA memohon maaf jika kunjungan ke Garabak Data selalu terundur. Namun, tak ada niatan Pemprov Sumbar untuk sengaja mengulur waktu, sehingga timbul nada sumbang bahwa ia sengaja datang di momen jelang Pilkada.
“Terkesan seperti itu, tapi perlu saya klarifikasi bahwa kunjungan ke sini sudah diagendakan sejak tengah 2019 lalu, tapi terundur karena beberapa kendala seperti cuaca. Masuk 2020, kita dihambat Covid-19, sehingga harus melaksanakan PSBB. Alhamdulillah akhirnya sampai juga di nagari ini,” sebut NA lagi.
Menurut NA, beberapa penanganan khusus telah disiapkan untuk menyegerakan Garabak Data keluar dari status “tertinggal”. Namun, hal paling pokok dan mendesak untuk diselesaikan adalah perkara jalan, yang secara langsung jadi penopang utama aktivitas perekonomian dan pembangunan di nagari tersebut.
Hubungan baik yang terjalin dengan Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi (Marves), yang terbukti dengan kunjungan lintas kementerian ke Mentawai dan Pasaman Barat beberapa waktu lalu, disebut NA bisa jadi alasan dirinya optimistis bisa segera mengarak Garabak Data untuk keluar dari status nagari tertinggal.
“Akses jalan 94 kilometer itu jadi pekerjaan pokok kita yang pertama, termasuk soal pendidikan, kesehatan, dan lain sebagainya sebagaimana tadi bapak dan ibuk sampaikan kepada kami. Hubungan baik dengan kementerian akan kita manfaatkan untuk ini,” sebutnya lagi.
NA menginformasikan, bahwa untuk persoalan akses jalan di Garabak Data, tengah menunggu proses Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal), yang nanti akan diserahkan kepada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Sebab, kawasan rencana pembukaan akses jalan tersebut berada di kawasan hutan lindung (HL). NA yakin, demi kepentingan masyarakat, pihak kementerian akan segera memberi restu.
“Sama-sama berdoa kita, InsyaAllah izin itu akan segera kita dapatkan. Seperti di Mentawai, izin serupa sudah kita peroleh. Tak usah bapak ibuk pedulikan soal siapa yang akan jadi gubernur ke depan, yang penting untuk saat ini, sejauh mana saya bisa bekerja mendampingi Gubernur Sumbar, maka akan saya lakukan dengan maksimal untuk Garabak Data. Apa yang bisa dikerjakan sekarang, ya dikerjakan,” kata NA tegas.
Berkaca ke Pessel
Saat ini, kata NA, Pemprov Sumbar bersama Pemerintah Kabupaten tengah berusaha mempercepat pembangunan dan pertumbuhan aktivitas ekonomi di beberapa daerah seperti Kabupaten Kepulauan Mentawai, Kabupaten Solok Selatan, dan Kabupaten Pasaman Barat. NA sendiri sudah punya “peluru” pengalaman dalam mengangkat harkat Kabupaten Pessel dari ketertinggalan menjadi daerah maju.
“Memang bukan perkara mudah untuk keluar dari status daerah tertinggal ini. Sebab ini menyangkut dengan anggaran, sumber daya manusia (SDM), masalah kemiskinan, pendidikan, kesehatan, bahkan sampai detil ke masalah buta huruf dan lain sebagainya,” sebut NA.
Wagub bergelar adat Datuak Malintang Panai itu mengatakan, pada 2010 saat masih menjabat Bupati Pessel, angka buta huruf di daerah itu menyentuh 9.000 orang warga. Namun, berkat kesungguhan dan kerja sama dalam Kelompok Belajar Aksara, angka itu menyusut jadi 500 orang warga saja pada 2014.
“Solusi utamanya saat itu adalah kesepahaman. Pemerintah Provinsi saja tidak bisa bekerja sendiri tanpa dukungan Pemerintah Kabupaten, seluruh pemangku kepentingan hingga kenagarian, hingga warga di setiap nagari itu sendiri. Selain kebutuhan anggaran, kebutuhan komitmen bersama ini yang paling penting,” ujar NA.
Dengan kebersamaan itu pula, sambungnya, Pemkab Pessel melalui dirinya saat itu akhirnya menerima Surat Keputusan (SK) Menteri PDT Helmi Yahya Faisal pada 9 September 2014, yang berisi keputusan Pessel keluar dari status Kabupaten Tertinggal menjadi Kabupaten Maju.
“Itu skala kabupaten, dan itu berhasil kita kerjakan. Berkaca dari itu, kita juga bercita-cita yang sama untuk Garabak Data, agar menjadi nagari maju. InsyaAllah. Asal kata kuncinya tetap kita pegang; kebersamaan dan kesepahaman,” ucapnya menutup. (zy)