HALOPADANG.ID — Virus Corona kini semakin marak dibicarakan karena mutasinya. Mutasi kerap disebut membuat virus lebih mudah menular dan menyebar ke banyak wilayah di dunia, sejak pertama kali muncul di Wuhan, China, akhir 2019 lalu.
Egon Ozer, ahli spesialis penyakit menular di Fakultas Kedokteran Universitas Northwestern, Illinois, telah memeriksa struktur genetik sampel virus pada pasien di wilayah tersebut. Ia menemukan bahwa virus yang menyebar di Eropa telah bermutasi. Struktur pada virus tersebut mengalami perubahan dengan munculnya mahkota yang bisa membantu virus memasuki sel manusia.
Dari sekitar 50.000 genom virus baru yang ditemukan peneliti di seluruh dunia, sekitar 70 persennya telah bermutasi dan disebut dengan D614G. ‘D’ merupakan kode asam amino untuk asam aspartat dan ‘G’ untuk glisin.
Penelitian para ilmuwan di empat percobaan laboratorium yang berbeda menunjukkan mutasi membuat virus lebih menular. Studi lain yang dilakukan para ilmuwan di Los Alamos National Laboratory menegaskan, pasien dengan mutasi virus D614G ini lebih berpotensi untuk menularkan ke orang lain.
“Studi epidemiologi dan data kami benar-benar menjelaskan bahwa mutasi virus itu (D614G) menyebar di Eropa dan AS dengan sangat cepat,” kata Hyeryun Choe, ahli virologi di Scripps Research, yang dikutip dari Washington Post, Selasa (30/6/2020).
Saat mempelajari mutasi gen virus tersebut, Choe dan rekannya menemukan bahwa virus dengan varian D614G memiliki lebih banyak protein lonjakan, dan bagian luar dari protein tidak mudah pecah. Hal ini yang membuat virus tersebut 10 kali lebih menular dalam percobaan di laboratorium.
Meskipun mudah menyebar, Choe mengatakan mutasi virus ini tidak memperburuk kondisi pasien COVID-19. Menurutnya, virus ini tidak mengubah antibodi pada manusia dan bisa diatasi secara efektif dengan vaksin.
Ahli genetika di New York Genome Center dan New York University, Neville Sanjana, pun mencoba mencari tahu gen yang bisa mempermudah virus Corona untuk menyerang manusia. Setelah dilakukan percobaan, ia terkejut saat mengetahui D614G atau lebih dikenal para peneliti dengan varian ‘G’ mudah menular.
“Kami terkejut. Itu membuat peningkatan dalam transduksi virus ini, varian ini berkali-kali lebih menular dan menyerang sel manusia,” katanya.
Peneliti lain dari Inggris juga menemukan bukti yang serupa. Mereka menemukan bahwa orang yang terinfeksi mutasi virus varian D614G memiliki lebih banyak partikel virus di dalam tubuh mereka, tapi tidak memperburuk kondisi kesehatan para pasien. Mereka dengan mutasi varian tersebut lebih cenderung mudah menginfeksi orang lain.
Meski begitu, mutasi ini bisa membantu para ilmuwan memahami perilaku dan memungkinkan untuk melacak penyebaran virus. Selain itu, dengan ditemukannya mutasi bisa membantu untuk mengetahui cara untuk mengatasinya. Selain dengan vaksin, pemahaman dasar genom juga akan membantu untuk menentukan waktu berkembangnya resistensi obat.
“Memahami bagaimana transmisi terjadi bukan menjadi cara yang ampuh untuk mengatasinya, tetapi itu akan membantu kita untuk meresponnya lebih baik. Kita sedang berlomba melawan waktu,” kata Pardis Sabeti, seorang ahli biologi komputasi di Universitas Harvard dan Broad Institute.(002)