25 Tahun Jajakan Sate, Dua Sejoli di Padang Panjang Ini Berjuang di Tengah Pandemi

sate
Dua sejoli di Padang Panjang yang mendorong gerobak sate

HALOPADANG.ID– Pagi menjelang siang. Di ujung jalan terlihat dua orang sedang mendorong gerobak sate. Ia pasangan suami istri yang hendak menjajakan satenya dengan gerobak warna biru kekuningan yang sudah tersusun daging tusuk, arang, kuah sate, ketupat serta perlengkapan lainnya. Terlihat tampak bersemangat untuk mencari rezeki pada pagi menjelang siang itu, Sabtu (20/06).

Pasangansejoli tersebut adalah Herman (55) dan Nur Asmi (55) warga RT 13, Kampung teleng, Kecamatan Padang Panjang Barat yang sudah menjalani pekerjaan sebagai penjual sate gerobak selama kurun waktu 25 tahun.

Herman atau yang kerap disapa dengan sebutan Da Man oleh para pelanggannya tersebut mengatakan dirinya dengan sang istri telah menjalani pekerjaan sebagai penjual sate gerobak semenjak tahun 1995.

Baca Juga :  Andre Rosiade: Setelah Sediakan Sahur Korban Banjir Pessel, Gerindra juga Bagikan Takjil dan Nasi Berbuka

“Pada tahun 1995 saya berjualan awalnya cuma di sekolah dekat rumah saja seperti SD dan di SMPN 4 Padang Panjang, Namun untuk berkeliling cuma ke tempat yang dekat – dekat saja,”ucapnya.

Meskipun telah melakukan perjalan yang cukup jauh dari rumah di Kampung Teleng ke tempat dimana mereka akan memarkirkan gerobak dagangannya yang kurang lebih yang menempuh jarak 3 KM. Dua sejoli tersebut tak menampakkan raut wajah yang lesu, melainkan kebalikannya yaitu wajah penuh harapan agar dagangannya laku pagi itu.

“Kalau pagi hari biasanya saya berjualan di depan Kantor Dinas Sosial Kota Padang Panjang kalau siangnya di simpang rel kereta Kebun Sikolos dan sorenya di kantor Lurah Kampung Manggis,”ujarnya.

Baca Juga :  Andre Rosiade: Setelah Sediakan Sahur Korban Banjir Pessel, Gerindra juga Bagikan Takjil dan Nasi Berbuka

Dimasa pandemi wabah corona ini, ia mengaku mengalami penurunan jual beli. Namun, demikian beliau tetap bersyukur dengan berapapun nikmat rezeki yang diberikan.

“Memang saat ini dagangan saya agak mengalami macet dan bulan puasa kemarin saya juga tidak berjualan dan baru kembali berjualan pada hari kedua lebaran kemarin. Namun saya tetap bersyukur dengan nikmat yang masih diberikan tuhan tersebut, “katanya.

Diumur yang tidak lagi terbilang muda tentu bukan pekerjaan yang mudah bagi dua sejoli tersebut mendorong gerobak sate yang berukuran sedang mulai dari pukul 08.00 WIB – 18.00 WIB tersebut, Namun semuanya dilakukan demi tetap menghidupi keluarga kecil dan enam orang anaknya.

Baca Juga :  Andre Rosiade: Setelah Sediakan Sahur Korban Banjir Pessel, Gerindra juga Bagikan Takjil dan Nasi Berbuka

“Alhamdulillah tiga dari enam orang anak saya sudah berkeluarga dan satu diantaranya juga telah menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi dan sekarang bekerja sebagai honorer di Tanah Datar,”ungkapnya.

Ia berharap di umur yang sudah tidak muda lagi ini bisa memiliki tempat dagangan (toko sendiri) untuk menjual satenya sehingga, tidak lagi perlu repot – repot untuk mendorong gerobak dagangannya menuju tempat – tempat tujuan yang biasa ia kunjungi. (R-01/rel)