Berbagi Zakat, Epyardi Asda Disambut Doa Emak-emak di Saniang Baka

zakat
Epyardi Asda saat membagikan zakatnya berupa sembako kepada warga di di Jorong Balai Panjang, Nagari Saniang Baka, Kecamatan X Koto Singkarak, Kabupaten Solok, Selasa (29/7).

HALOPADANG.ID—Pagi yang hangat. Gelak, dan canda, meriuh dari ratusan orang yang berkumpul di Jorong Balai Panjang, Nagari Saniang Baka, Kecamatan X Koto Singkarak, Kabupaten Solok, Selasa (29/7).

Betapa tidak, mereka yang mayoritas emak-emak tengah menunggu truk bongkar muatan. Di Pinggi Danau Singkarak itu, tokoh Kabupaten Solok Epyardi Asda tengah berbagi bahagia dengan zakat pribadi.

Tawa lepas masyarakat tampak kentara. Setelah berbilang bulan terkekang secara fisik karena kebijakan Pembatasn Sosial Berskala Besar (PSBB), maka dengan kebijakan adaptasi kebiasaan normal (new normal) mereka tampak bahagia berkumpul satu sama lain.
Meski begitu protokol kesehatan tetap diterapkan.

Dari kerubungan kaum ibu, sosok tegap berpeci berkemeja putih, yang tiada lain adalah Epyardy Asda ikut mengontrol penyaluran zakat sembako bagi masyarakat setempat.

Tak hanya mengontrol, Epy begitu mantan anggota DPR RI itu disapa, juga membagikan langsung zakatnya ke tangan penerima.

“Mohon kepada panitia untuk dibagikan ke semua ibu-ibu kita ini. Jangan sampai ada yang tidak dapat,” ujar Epyardi Asda sambil bercenkrama dengan warga yang berduyun-duyun tiba ke lokasi itu.

Pengusaha kenamaan asal Solok itu mengatakan, Saniang Baka menjadi nagari terakhir yang ia kunjungi untuk berbagi zakat. Sebelumnya ia telah ilit mudik membagikan zakat serupa ke suluruh nagari di Kabupaten Solok. Setiap tahun, pembagian sembako memang telah menjadi rutinitas Epy dan keluarga besarnya.

“Hari ini nagari terakhir yang saya kunjungi untuk berbagi zakat,”ujar pemilik objek wisata Bukik Chinangkiek itu.

Epyardi menyebutkan, total menggelontorkan zakat senilai Rp5 miliar untuk tahun ini (2020) di 74 nagari. Saniang Baka menjadi yang terakhir karena banyak pertimbangan.

“Sebenarnya saya sedih. Saniang baka ini adalah dunsanak (keluarga) saya. Tapi terakhir juga saya membagikannnya di sini (Saniang Baka). Ini saya lakukan untuk menjaga etika, dan adab. Tidak mungkin ujuk-ujuk saya langsung bagikan bantuan di sini. Tentu harus ada komunikasi dulu. Alhamdulilah ada sejumlah pemuda dan tokoh Saniang Baka yang datang kepada saya meminta membantu nagari,”ucapnya.

Epyardi menegaskan, penyaluran zakat yang ia bagikan adalah murni demi menyambut keinginan masyarakat serta menunjukan saling kepedulian.

“Pertimbangan saya keadilan sosial, murni kemanusian dan masyarakat yang minta. Dan alhamdulilah masyarakat menerima kami,” kata Epy lagi.

Secara keseluruhan, Epy membagikan 841 paket sembako di Saniang Baka. Bahkan, ia juga mengatakan,pada 2021 melalui anaknya Athari Gauthi Ardi yang kini duduk di DPR RI asal Sumbar berharap Saniang Baka masuk program pembangunan tingkat nasional.

“Kalau kondisinya Saniang Baka tetap dalam persaudaraan seperti ini, maka saya akan meminta sama Athari untuk tahun 2021 mendatang untuk membantu pembangunan di Nagari Saniang Baka minimal Rp 1 miliar hingga Rp 2 miliar,” katanya.

Sontak, ucapan Epy disambut antusias masyarakat yang hadir. Hal ini disampaikan oleh seorang warga yang ikut menerima bantuan zakat, Eti (56) di lokasi.

“Amin..Semoga pak, semoga pak Epy sehat dan terus berbuat baik,”ucap Nur.

Doa dan harapan warga yang mayoritas emak-emak itu juga disampaikan oleh Nuraini (55).
Ia mengaku baru pertama kali melihat langsung Epyardi Asda di Saniang Baka.

“Ya ini pertama kali saya bertemu, ternyata orangnya baik dan mudah senyum, sopan. Sebelumnya saya hanya mendengar namanya di nagari-nagari lain yang ia bantu dan ternyata sekarang ia bantu nagari kami. Terima kasih pak Epy,”kata Nur.
Persaudaraan Singkarak dan Saniang Baka

Epyardi Asda, di lokasi pembagian zakat mengatakan, Saniang Baka adalah nagari yang mempunyai pertalian sejarah dengannya. Epy bercerita, meski ia merupakan putra Singkarak, tapi punya kedekatan pertalian darah dengan Saniang Baka.

“Saya bercerita dengan keluarga, sebenarnya ada ‘balahan’ (keluarga) saya di Saniang Baka, Uwak (Nenek) Zulaeha namanya bersuku Sumpadang. Dan suku saya adalah Sumpadang. Gelar saya Datuak Majo Lelo, yang juga merupakan gelar adat dari suku Sumpadang. Dulu.. waktu saya kecil, Uwak Zulaeha ini sering datang ke tempat saya, begitupun Uwak saya juga sering datang dan nginap ke Saniang Baka. Jadi artinya kita memang sebenarnya badunsanak (berkeluarga),” tutur Epy.(P-01)