Mengulik Jejak Rudi Horizon di Kancah Olahraga Kabupaten Solok

solok
Rudi Horizon bersama atletnya yang berhasil meraih medali

HALOPADANG.ID– “Mangaji dari alif, babilang dari aso” (mengaji dari alif, dan berhitung dari satu). “Mancancang balandasan, malompek basitumpu” (Mencencang berlandasan, melompat bersitumpu). Bagi orang Minangkabau, sebelum melakukan pekerjaan, tindakan dan perbuatan akan dipikirkan dengan matang.

Filsafah Minangkabau inilah yang dipegang oleh Rudi Horizon. Pria kelahiran Kota Solok itu memutuskan mengabdikan dirinya untuk dunia olahraga.

Tercatat, ia sukses menjadi Ketua KONI Kabupaten Solok periode 2016-2020. Kini ia kembali terpilih menahkodai wadah insan olahraga itu hingga tahun 2004 mendatang. Secara aklamasi, sebanyak 26 cabang olahraga kembali mendukungnya dalam Musyawarah Olahraga Kabupaten, tempo hari.

Siapa sebenarnya Rudi Horizon? Pria familiar enerjik itu, ternyata bukan orang baru di panggung olahraga Sumatera Barat. Ia tak ujuk-ujuk hadir di dunia olahraga, atau memaksakan diri seolah-olah mencintai dunia olahraga untuk menduduki pucuk pimpinan organisasi olahraga. Rudi, yang karib disapa dengan panggilan Cader itu, telah berulang kali mengharumkan nama Kabupaten Solok.

Ia pernah berjuang di ajang Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Sumbar hingga ke tingkat Kejuaraan Nasional. Nama Kabupaten Solok, tetap dikibarkannya.

Benar, dari aspek administratif, Rudi besar dan tumbuh di Kota Solok. Ayahnya Baharrudin (pensiunan Polisi Militer) dan ibunya Djusmaniar, tinggal di Koto Panjang. Tetapi, lebih dari setengah usianya yang kini menginjak angka 48 tahun, habis di panggung olahraga Kabupaten Solok.

Dalam usia 22 tahun sejak tahun 1994, lelaki kelahiran 1972 itu telah mengabdikan keahliannya sebagai atlet dan pelatih Kempo di Kabupaten Solok. Pertama berkarir, Rudi membuka tempat latihan Kempo di Galanggang Tangah, Nagari Salayo, Kecamatan Kubung.

“Saya mulai mengajar Kempo di Salayo pada 1994. Kehadiran saya itu awalnya diminta oleh tokoh masyarakat Salayo Bapak Yusra Tansin (Almarhum) bersama Bapak Taufik Dt Rajo Alam, Bapak H.Muis dan tokoh lainnya,” kata pria berbadan tegap itu.

Saat itu, kata Rudi, mayoritas pemuda-pemudi Salayo yang ingin berlatih bela diri Kempo difasilitasi pakaian latihan. Semuanya merupakan bantuan dari tokoh-tokoh Kabupaten Solok.

“Mereka ingin saya melahirkan atlet-atlet Kempo berprestasi dari Kabupaten Solok. Alhamdulillah saya menyanggupi dan bisa melahirkan atlet berprestasi,” katanya.

Setelah tempat latihan Kempo di Salayo berjalan lancar, Rudi pun mulai mempercayakan latihan anak didik kepada adik-adiknya yang juga atlet Kempo. Sembari memantau, Rudi bekerja di PLN Saningbaka, Kecamatan X Koto Singkarak, Kabupaten Solok.

Tahun 1998, Bupati Solok yang kala itu dijabat Gamawan Fauzi, membentuk tim Persaudaraan Shorinji Kempo Indonesia (Perkemi) Kabupaten Solok. Atas permintaan Mendagri RI era Presiden SBY itu, Rudi pun kembali dipanggil untuk melatih atlet Kempo di daerah penghasil beras ternama itu.

“Saya dijemput untuk melatih di Kabupaten Solok. Saat itu, Ketua Perkemi itu Gusfirman (Aciak) dan Sekretaris Rusmel Dt Sati Ketua harian-nya Taufik Efendi,” tuturnya.

Sejak saat itu, Rudi fokus mengembangkan olahraga bela diri Kempo di Kabupaten Solok. Selain menjadi pelatih, Rudi yang mengawali karir menjadi atlet sejak 1988, selalu menyumbang medali emas untuk Kabupaten Solok.

“Selain jadi pelatih, sampai 1999 saya juga atlet di Kabupaten Solok. Selalu membawa emas di setiap kali Porprov. Ada yang di Pesisir Selatan, Sawahlunto. Waktu Porprov di Padang Pariaman, saya juga menyumbang emas dan saat itu bupati Solok belum Pak Gamawan,” kenang ayah empat orang anak itu.

Sejak tahun 2000, Rudi diamanahi menjadi pelatih atlet Kempo untuk Kejurnas dan PON. Prestasinya pun tak pernah luntur. Saat PON 2008 di Kalimantan Timur misalnya, anak asuh Rudi menyumbangkan 4 emas dari cabang olahraga Kempo. PON di Riau tahun 2012, anak asuhnya juga membawa 2 emas untuk Sumbar. Begitu juga saat PON 2016, dia kembali pulang ke Ranah Minang dengan 2 medali emas.

Pengabdian

Nyaris tidak satu pun insan olahraga di Sumatera Barat tak kenal dengan nama Rudi Cader. Sebab, selain kini mengurus KONI Kabupaten Solok, dia juga dinilai sosok atlet Kempo berprestasi hingga kancah nasional. Banyak yang memintanya fokus membina atlet-atlet Kempo untuk Sumbar.

Banyak hal yang potensial bisa dilakukan Rudi, jika tetap berkecimpung di bidang kepelatihan Kempo tingkat Sumbar. Namun, ada hal penting dan lebih besar menyuruhnya “pulang” ke Kabupaten Solok. Dia memilih “mewakafkan” diri ke KONI di tanah yang selama ini telah membesarkan namanya.

Bagi Rudi, KONI adalah ladang pengabdian. Dia menegaskan aktif di wadah berkumpulnya segenap cabang olahraga itu, tidak untuk mencari kekayaan. Tidak muluk-muluk memang. Selain pelatih Kempo yang tenaganya masih diharapkan Sumbar, Rudi juga seorang pengusaha. Apalagi, dana KONI sifatnya hibah dan cair saat penyelenggaran even.

Niatnya mengurus KONI murni untuk memberikan sedikit kontribusi sebagai putra Solok. Dia mengakui tumpah darahnya memang di Kota Solok, namun sosok Rudi hari ini dikenal tak lebih karena dia adalah atlet Kempo “emas” dari Kabupaten Solok.

“Saya ingin mengabdi untuk Kabupaten Solok yang telah memberikan saya kesempatan untuk berkarir di dunia olahraga,” katanya.

Lantas jika niatnya mengabdi, kenapa Rudi tidak fokus saja membina Kempo? Ya, kalau sekadar Kempo, Sumbar pun perlu tangan dingin Rudi. Namun, dia ingin berkontribusi lebih besar di bidang olahraga. Tempatnya adalah KONI yang mewadahi semua cabor.

“Saya ingin semua cabor di Kabupaten Solok memberikan kontribusi terbaik. Sebagai pelaku, sedikit banyaknya saya memahami betul keinginan kawan-kawan di cabor,” katanya.

Niat dan keinginan Rudi tidak sekadar isapan jempol. Awal dilantik periode pertama di 2016, dia langsung menghadapi Porprov yang tuan rumahnya Kota Padang. Persiapan kala itu betul-betul minim, anggaran pun super sedikit. Namun, bukan patriot namanya jika Rudi gentar menghadapi tantangan tersebut.

Bermodal keyakinan, Rudi membawa kontingen Kabupaten Solok berlaga di Porprov ke-XIV 2016. Tekatnya satu, memberikan yang terbaik dan tidak boleh turun dari Porprov sebelumnya. Alhasil, skuat KONI di bawah Rudi pulang dengan kepala tegak. Kabupaten Solok bertengger di posisi ke-7 dari 19 kabupaten dan kota. Posisi tersebut sama dengan dua tahun sebelumnya, namun dengan kondisi yang jauh berbeda.

Rudi optimis bisa meraih hasil terbaik jika persiapan digelar jauh hari dan lebih matang. Tekat ini pun dibuktikannya saat ajang Porprov 2018 di Kabupaten Padang Pariaman. Kabupaten Solok berhasil menduduki peringkat ke-4. Sebuah capaian yang belum pernah diraih daerah tersebut sejak Porprov pertama digelar.

“Prestasi itu terwujud karena perjuangan atlet. KONI sifatnya hanya menfasilitasi dan terus memotifasi,” katanya.

Suami Rini Marlina itu tidak pernah jumawa dengan torehan prestasi KONI di bawah kepemimpinannya. Baginya, prestasi adalah bonus dari sebuah kerja keras dan kesungguh-sungguhan.

“Niatnya saya untuk mengabdi. Toh jika menuai prestasi, maka itulah hadiah dari kerja keras para atlet dan cabor yang berhimpun di KONI,” tuturnya.

Rudi menyerahkan semua niat ikhlasnya membangun citra olahraga Kabupaten Solok kepada kuasa Tuhan. Termasuk ketika isu bukan putra daerah menderanya saat pemilihan Ketua KONI yang digelar pertengahan Juli 2020 lalu.

Dia tidak mau berlama-lama menanggapi masalah tersebut. Sebagai manusia, Rudi tidak bisa mengingkari takdir terlahir di tanah Kota Solok. Namun, apa yang telah dilakukannya untuk Kabupaten Solok, mungkin jauh lebih berharga dan terhormat dari sekadar KTP dan tempat lahir.

Jika ditarik jauh ke belakang, kampung halaman hanya soal waktu cepat dan lambatnya orang-orang datang ke tanah itu. Seperti kata orang Minang “Nan tibo di kampuang, dahulu bakudian”. Yang asli hanyalah tanah ciptaan sang Khalik. Sedangkan penduduk datang dan pergi. Terlalu picik rasanya menghakimi seseorang yang telah berjibaku mengharumkan nama daerah, hanya dengan persoalan tempat lahir.

Bagi Rudi, pengabdian untuk Kabupaten Solok harus tetap dilanjutkan. Sebab, niat urusan pertanggungjawaban manusia dengan Tuhan. Seluruh kekuatannya kini bernaung di bawah KONI Kabupaten Solok. Semoga ketulusan hatinya kembali membawa atlet Kabupaten Solok menjadi yang terbaik di Sumatera Barat hingga ke tingkat Nasional. Selamat bekerja kembali, patriot Kabupaten Solok. (*)