Ini Jawaban Denny Siregar Ketika Didesak Minta Maaf soal ‘Santri Calon Teroris’

Polisi memastikan mengusut laporan terhadap Denny Siregar atas unggahannya yang menyebut calon teroris kepada sejumlah santri cilik

Pegiat media sosial Denny Siregar mendapat sejumlah kritik dan nasihat dari berbagai kalangan terkait unggahan ‘Adek2ku Calon Teroris yg Abang Sayang’ yang di-posting di akun Facebook-nya. Denny bahkan didesak minta maaf ke santri. Lantas, apakah dia mau meminta maaf?

Denny mengatakan dia akan meminta maaf jika para santri tersinggung atas posting-annya. Namun permintaan maaf itu ditujukan kepada para santri, bukan kepada pihak yang memanfaatkan anak dalam aksi demo.

“Kalau para santri ikut tersinggung karena posting-an saya, ya saya pasti minta maaf. Tapi saya tidak akan meminta maaf kepada mereka yang memanfaatkan anak-anak dalam demo seperti itu,” kata Denny ketika dikonfirmasi, Minggu (5/7/2020).

Denny menilai pihak yang mengkritiknya itu tidak memahami tulisannya dan terbawa framing kepada santrinya. Menurut Denny, yang ingin diungkapkan dalam posting-an itu adalah pesan dari tulisannya terkait keterlibatan anak dalam aksi demo.

“Ya mungkin beberapa partai itu belum paham maksud tulisan, hanya sekadar komentar karena terbawa framing. Mereka lebih fokus ke masalah santri, tapi tidak fokus ke pesan di dalamnya. Seharusnya partai-partai itu juga menyoroti anak-anak yang dibawa demo itu,” katanya.

Sebelumnya, desakan agar Denny mengucapkan maaf itu diungkapkan Ketua DPP PKB Daniel Johan. Dia menyarankan Denny segera meminta maaf ke para kiai dan santri.

“Bang Denny segera sowan dan minta maaf ke NU dan para kiai dan santri, lebih baik saling maaf-memaafkan saja,” kata Daniel, kepada wartawan, Minggu (5/7).

Menurut Daniel, unggahan Denny tersebut tidaklah bijak dan menyesatkan. Karena itu, dia menilai sebaiknya Denny meminta maaf karena telah menyinggung dan membuat marah para santri.

Sama halnya dengan Ketua DPP NasDem, Willy Aditya. Dia mengatakan masyarakat dituntut semakin dewasa dan bertanggung jawab. Termasuk pula dalam berpendapat.

“Di sisi lain, para netizen juga dituntut untuk semakin dewasa dan bertanggung jawab. Dewasa dalam bermedsos, dan dewasa pula dalam beropini. Kode etik harus diperhatikan betul, karena itulah ciri manusia beradab,” kata Willy.

“Dia juga harus bertanggung jawab juga atas apa apa yang telah diunggah atau di-posting-nya. Kalau dia merasa benar ya pantang surut dia ke belakang. Kalau salah ya harus jantan untuk mengakui dan siap dengan segala konsekuensinya,” imbuhnya.(002/Detik)