Tiga Kampung di Nagari Cubadak Masih Terisolir

nagari
Wanag Cubadak, Yuni Elfi, SH.

HALOPADANG.ID–Tiga kampung, dihuni ratusan kepala keluarga (KK) di Nagari Cubadak, Kecamatan Duokoto, Kabupaten Pasaman masih berstatus terisolir. Akibatnya kehidupan masyarakat disana masih tertinggal dan jauh dari sejahtera.

Ketiga kampung itu, yakni Kampung Sigalabor, Jorong Sei Beremas, dihuni 40 KK, Batang Kundur, Jorong Sei Jernih, 55 KK dan Kampung Sinuangon, Jorong Sinuangon dihuni sekitar 55 KK, kerap luput dari sentuhan program pembangunan.

Wali Nagari Cubadak, Yuni Elfi, membenarkan kondisi tiga kampung di nagarinya masih menyandang status terisolir hingga kini. Itu, karena minimnya pembangunan infrastruktur jalan, jembatan serta fasilitas lainnya selama ini.

“Betul masih berstatus terisolir. Ketiga kampung itu minim infrastruktur, baik jalan, jembatan, sarana prasarana serta fasilitas lainnya. Nagari Cubadak terdiri atas 13 kejorongan,” ungkap Yuni, Jumat (3/7/2020).

Dikatakan, ketiga kampung terisolir tersebut hanya dapat diakses menggunakan kenderaan roda dua. Hal itu sangat menyulitkan masyarakat dalam memasarkan hasil pertaniannya.

“Akses jalan sudah ada, namun masih jalan setapak. Jalannya sudah kita rabat beton sebahagian, menggunakan dana desa. Sisanya masih berupa jalan tanah,” ujarnya.

Selama ini, kata Yuni, pembangunan jalan ke tiga kampung terisolir itu hanya mengandalkan dana desa (ADD), dimana nominal anggarannya sangatlah terbatas.

“Tiap tahun, akses jalan di tiga kampung itu terus ditingkatkan. Kita selalu push dengan dana desa kesana. Jika tidak demikian, kampung itu masih menyandang status sangat terisolir,” ujarnya.

Masyarakat, lanjut Yuni, sangat berharap Pemkab Pasaman dapat mengaspal hotmix akses jalan tersebut. Hal itu untuk memudahkan mobilitas masyarakat, khususnya dalam mengangkut hasil pertanian seperti kopi dan nilam.

“Masyarakat sangat berharap jalan itu diaspal agar bisa ditempuh kenderaan roda empat. Ini juga janji pak Yusuf Lubis, saat periode pertama jadi Bupati Pasaman kepada warga setempat. Katanya, beliau tidak akan mengunjungi kampung itu jika belum bisa diakses oleh kenderaan roda empat,” tukasnya.

Selain jalan, masyarakat setempat juga berharap Pemkab bisa membangun jembatan permanen (Beton) ke kampung mereka. Pasalnya, kondisi jembatan gantung saat ini sangat riskan untuk diakses, sebab dapat membahayakan keselamatan warga saat melintas.

“Satu jembatan gantung menuju Sigalabor panjangnya 46 meter. Satunya lagi, menuju Batang Kundur panjangnya 16 meter. Kedua jembatan itu melintasi sungai Batang Pasaman,” katanya.

Ketiga kampung terisolir itu, kata dia, juga belum tersentuh jaringan PLN. Untuk penerangan, kata dia, masyarakat masih mengandalkan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) milik pribadi dan hanya terbatas pemakaiannya.

“Untuk penerangan hanya mengandalkan PLTA yang dikelola secara pribadi oleh masyarakat,” katanya. (D-01)