Dalam Setahun Terakhir, 37 kali Gempa Dirasakan di Sumbar

Ilustrasi gempa

HALOPADANG.ID — Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) akan melakukan pemasangan 14 alat unit penyebarluasan informasi gempa bumi dan peringatan dini tsunami atau Warning Receiver System (WRS) di berbagai wilayah rawan gempa dan tsunami di Sumatera Barat.

“Untuk Sumbar akan dipasang 14 WRS dalam bulan ini,” kata Kepala Stasiun Geofisika Padang Panjang Irwan Slamet, melalui Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Padang Panjang Mamuri saat dihubungi dari Padang, Kamis.

Ia menjelaskan daerah-daerah di Sumbar yang akan dipasangkan WRS sebagai berikut Pusdalops Kota Padang, Pusdalops Provinsi Sumbar, Kantor BPBD Provinsi Sumbar, Angkasapura BIM, BPBD Kota Pariaman, BPBD Kabupaten Solok, BPBD Limapuluh Kota, Stageof PPI, BPBD Kabupaten Agam, dan BPBD Kabupaten Pasaman.

“Kemudian BPBD Kabupaten Pasaman Barat, BPBD Kabupaten Pesisir Selatan, BPBD Kabupaten Solok Selatan, dan BPBD Kabupaten Kepulauan Mentawai,” ujar dia.

Ia juga mengatakan sejak 2015, di Sumatera Barat sudah terpasang empat peralatan WRS dan 12 Digital Video Broadcast (DVB).

“WRS generasi terbaru ini tentu juga menggunakan teknologi terbaru dengan nama WRS NewGen,” kata dia.

Lebih lanjut ia menambahkan perbedaan WRS ini dengan WRS sebelumnya yaitu terobosan baru BMKG dalam penyebarluasan informasi gempa bumi dan peringatan dini tsunami, karena alat ini akan memberikan informasi gempa secara lebih cepat karena bersifat real time.

Ia berharap setelah WRS NewGen dipasang dapat meningkatkan performa penyebarluasan informasi gempa bumi dan peringatan dini tsunami dari BMKG Pusat Jakarta ke kantor unit pelaksana teknis BMKG, Pemerintah Daerah, Lembaga/Kementerian, Media, dan lembaga lain yang terkait penanganan bencana.

“Kami berharap dengan adanya percepatan penyebarluasan informasi gempa bumi dan peringatan dini tsunami ini, maka dapat mempercepat respon dalam penanganan bencana, sehingga memberikan manfaat nyata dalam menyelamatkan masyarakat Indonesia dari bencana,” jelas dia.

Kemudian, ia menyebutkan sejak 2008 BMKG sudah memasang sebanyak 275 peralatan WRS. Namun mengingat peralatan WRS masih dibutuhkan oleh pemerintah daerah dan kantor Lembaga/Kementerian terkait, maka pada tahun 2020 ini BMKG memasang WRS generasi terbaru di 315 lokasi.

Lebih lanjut ia mengatakan dalam setahun terakhir terjadi sebanyak 430 kali gempa bumi, kemudian sebanyak 37 kali gempa yang dirasakan di wilayah Sumatera Barat dan sekitarnya.

Menurutnya wilayah Indonesia merupakan bagian dari jalur gempa dunia yang terbentang dari Sumatera, Jawa, Bali, Lombok, Flores, Alor, Laut Banda, Seram, Sulawesi, Maluku Utara, dan Papua.

“Berdasarkan hasil monitoring BMKG menunjukkan selama periode 2008 hingga 2019, rata-rata dalam setahun terjadi gempa sebanyak 5.818 kali, gempa signifikan dengan magnitudo di atas 5,0 sebanyak 347 kali dan dua tahun sekali terjadi gempa berpotensi tsunami,” terang dia.

Sebagai wilayah yang terletak pada jalur gempa aktif, kondisi fisiografi wilayah Indonesia dipengaruhi oleh aktivitas tumbukan tiga lempeng tektonik utama dunia, yaitu Lempeng Indo-Australia, Eurasia, dan Pasifik.

Ketiga lempeng tektonik tersebut bertumbukan dan bergerak secara relatif antara satu dengan yang lain, sehingga menjadikan wilayah Indonesia sebagai salah satu kawasan rawan gempa dan tsunami di dunia.

“Selain itu, wilayah Indonesia memiliki banyak sumber gempa. Secara umum, kita memiliki 13 segmentasi sumber gempa megathrust, diantaranya megathrust Mentawai yang berada di Sumatera Barat,” kata dia.

Kemudian Indonesia juga memiliki sebanyak 295 segmentasi sesar aktif, empat diantaranya merupakan segmen aktif yang berada di wilayah Sumatera Barat dan tiga segmen lainnya di bagian ujung segmennya berada di perbatasan wilayah Sumatera Barat yang dapat juga mempengaruhi aktifitas kegempaan di Sumatera Barat.

“Berdasarkan kondisi tektonik yang kompleks ini, maka gempa dapat terjadi kapan saja dalam berbagai variasi magnitudo dan kedalaman,” ujar dia. (002/Antara)