Aksi Pengeboman di Sumbar, Sasarannya Masjid Nurul Iman dan RS Immanuel Bukittinggi

HALOPADANG.ID — Pada Maret 2021 ini, Den 88 Anti Teror Mabes Polri mengamankan enam orang di Sumbar yang diduga terkait dengan jaringan teroris. Mereka diboyong ke Jakarta untuk menjalani pemeriksaan. Dalam operasi ini, selain Sumbar ada 16 orang diduga terkait dengan jaringan teroris lain yang diamankan oleh Den 88 AT ini.

“Pengembangan dari kelompok di Jatim yang 22 kemarin sudah dibawa ke Jakarta. Pengembangannya adalah pada tanggal 19 (Maret 2021) kemarin, Densus 88 telah melakukan upaya-upaya penegakan hukum di Jakarta itu ada 2 tersangka ditangkap, kemudian di Sumbar itu ada 6 yang ditangkap, dan di Sumut itu ada 14 yang tertangkap,” ujar Brigjen Rusdi kepada wartawan di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Senin (22/3/2021) yang dilansir detik.com

Tak lama berselang, aksi terorisme terjadi di Makassar dan Mabes Polri, seperti yang banyak diberitakan, aksi ini mengejutkan banyak karena Polri baru saja melakukan operasi penangkapan.

Baca Juga :  Nobar Saat Timnas Kalahkan Vietnam, Presiden Jokowi Bersuka Cita Bersama Menteri dan Staf

Lalu, bagaimana dengan Sumatera Barat (Sumbar) ? Apakah pernah terjadi aksi terorisme berupa pengeboman? Ternyata pernah. Dedi Arsya dalam tulisannya di padangkita.com menyebutkan aksi bombing (pengeboman) di Sumbar terjadi pada November 1976 silam setelah di bulan sebelumnya menjadikan RS Immanuel Bukittinggi sebagai sasaran.

Nurul Iman yang merupakan masjid terbesar dan termegah di Sumbar kala itu mengalami kerusakan yang cukup berarti. Menurut Dedi, aksi tersebut diotaki oleh kelompok Timzar Zubil yang menjabat sebagai Asisten I Komando Wilayah Pertempuran Komando Jihad Sumatra Bagian Utara. Ia akhirnya ditangkap Januari 1977 dan diadili. Hakim memvonis hukuman mati padanya.

Wikipedia juga melaporkan hal serupa. Dalam laporannya, aksi bom tersebut terjadi Kamis (11/11/1976) pukul 22.20 WIB.  Merdeka.com merilis melalui berita berjudul  Deretan teror bom era Soeharto, targetnya Masjid Istiqlal & Borobudur. Dilaporkan ledakan di Nurul Iman sebagai peristiwa pertama dari banyak rangkaian ledakan bom di Indonesia di masa Rezim Soeharto.

Baca Juga :  Andre Rosiade kembali Tepati Janji Hadirkan Listrik untuk Masyarakat Surantih Pesisir Selatan

Masjid Nurul Iman di Padang, Sumatera Barat, diledakkan orang tidak dikenal. Bom ditempatkan di bawah tangga menuju lantai dua dan sepertinya diatur untuk meledak ketika pelaksanaan ibadah salat Jumat keesokan harinya. Namun bom meledak lebih dini, sehingga tidak menimbulkan korban jiwa, begitu merdeka.com menyampaikan.

 

Lepas dua dekade, aksi teror nyaris terjadi di Bukittinggi. Kenapa nyaris? Karena pelaku sudah membawa bom menuju sasaran di Cafe Bedudal, Kampung Cina, Bukittinggi. Pelakunya adalah “Kelompok Palembang” yang ditangkap Densus 88 tak lama setelah mereka urungkan niat mengeksekusi cafe tersebut pada medio tahun 2008.

Terdakwa teroris “Kelompok Palembang” di bawah pimpinan Fajar Taslim dan Abdurrahman Taib ternyata sudah dua kali berencana mengebom Kafe Bedudal dan tempat wisata di Bukittinggi, Sumatera Barat. Namun dua kali pula rencana itu gagal, meski bom sudah dibawa oleh terdakwa Ki Agus Muhammad Toni, dengan dibantu oleh Agustiawarman selaku joki (pembawa motor) dan Wahyudi.

Baca Juga :  Kanwil Kemenkumham Sumbar Diganti, Termasuk Kadiv Pemasyarakatannya

“Dua kali ngebom itu gagal semua. Pertama, karena dijelaskan oleh petugas kafe bahwa juga ada wanita berjilbab, meski banyak bule (di sana). Malam pertama itu batal. Lalu, rencana malam kedua, peledakan juga gagal karena bule-nya tidak sebanyak malam pertama, dan juga ada orang muslim,” terang Wahyudi, dalam lanjutan persidangan di PN Jakarta Selatan, Selasa (3/3/2009) seperti dirilis jpnn.com.

Wakapolres Bukittinggi saat itu, Kompol Mukti Juharsya (sekarang menjabat sebagai Direktur Reserse Narkoba Polda Metro Jaya) menyebutkan mengamankan Bukittinggi seperti biasa tapi tetap waspada atas segala kemungkinan yang terjadi. (HP-001)