HALOPADANG.ID–Peternak unggas di Kota Sawahlunto masih menggantungkan pasokan pakan dari luar Sumatera Barat. Puluhan ton pakan jenis pellet dan jagung harus didatangkan setiap bulan dari provinsi tetangga seperti dari Medan untuk memenuhi kebutuhan ternak.
“Rata-rata dalam sehari kami bisa menghabiskan 1,3 ton pelet untuk kebutuhan sepuluh ribu itik,” ungkap Bambang Eryadi (38), peternak itik di Kecamatan Barangin Kota Sawahlunto, Selasa (14/7).
Bambang mengungkapkan, ia bersama tujuh mitra peternaknya, saat ini setidaknya memiliki 10 ribu ekor itik, dengan kapasitas produksi telur mencapai 80 hingga 94 persen setiap hari, harus mendatangkan pasokan pakan dari Sumatera Utara.
Untuk harga kebutuhan pakan mencapai Rp6700 per kilogram, Bambang bersama mitranya harus berbelanja minimal Rp201 juta setiap bulan untuk sepuluh ribu itik petelur yang dikembangkan.
Menurut Bapak dua anak kelahiran 24 Januari 1982 itu, dirinya belum mendapatkan pabrik pakan ternak di Sumatera Barat. Sehingga, harus mendatangkan kebutuhan pakan unggas dari Kota Medan Sumatera Utara.
Pria yang pernah menjadi kontraktor itu mengatakan, kebutuhan pakan untuk satu ekor itik berkisar 120 gram hingga 130 gram setiap hari. Bambang sendiri memiliki 3000 ekor itik, dengan kebutuhan pakan mencapai 390 kilogram per hari.
Saat ini, terang pria yang mengembangkan peternakan itik petelur sejak empat tahun terakhir itu, bersama tujuh mitra yang dimilikinya tengah merintis pengembangan peternakan itik petelur untuk kapasitas 5000 ekor.
“Targetnya hingga akhir tahun 2020, akan berdiri lagi kandang dengan kapasitas 5000 ekor itik petelur, yang dapat memperkuat pasokan kebutuhan telur di pasaran,” terang suami Fitri Ramayuli tersebut.
Bambang mengaku, bersama tujuh mitranya masih kesulitan untuk memenuhi pasokan kebutuhan telur itik hingga Provinsi Jambi dan Sumatera Selatan. Hingga saat ini, pasokan yang terpenuhi Bambang bersama mitranya baru sepertiga dari permintaan.
“Permintaan yang masuk untuk wilayah selatan Jambi dan Sumatera Selatan mencapai 45 ribu setiap pekan. Yang terpenuhi masih di angka 15 ribu dari pasokan kami bersama mitra,” ungkapnya.
Bambang mengatakan, permintaan itu bukanlah secara keseluruhan. Permintaan itu hanya bersifat pedagang pengumpul dengan kemampuan daya tamping hanya sepersekian persen dari kebutuhan pasar itu sendiri.
“Pastinya kebutuhan pasar akan telur itik sangat tinggi dan masih terbuka lebar bagi masyarakat untuk mengembangkan usaha itik petelur. Tentunya, juga akan membuka kesempatan bagi masyarakat untuk menjadi distributor pakan itik sendiri,” pungkasnya.(J-01)